Kepulauan Indonesia, pada zaman kuno
terletak pada jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India
dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini memberikan
pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia. Kehadiran
orang India di kepulauan Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar pada
perkembangan di berbagai bidang di wilayah Indonesia.
Hal itu terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan,
yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan
yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama
sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama.
Pengaruh Budaya Vietnam bagi budaya
bangsa Indonesia pada Masyarakat Prasejarah Indonesia
Masuknya kebudayaan asing merupakan salah satu faktor
yang membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan
tersebut yaitu Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa
Huynh, dan Kebudayaan India. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich,
Kebudayaan Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.
Masyarakat Dongson hidup di lembah Sungai Ma, Ca, dan
Sungai Merah, sedang masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian Salatan. Ada
pada tahun 40.000 SM- 500 SM. Kebudayaan tersebut berasal dari zaman
Pleistosein akhir. Proses migrasi ke tiga kebudayaan tersebut berlangsung
antara 2000 SM-300 SM. Menyebabkan menyebarnya migrasi berbagai jenis
kebudayaan Megalithikum (batu besar), Mesolitikum (batu madya),Neolithikum
(batu halus), dan kebudayaan Perunggu. Terdapat 2 jalur penyebaran kebudayaan
tersebut:
1.
Jalur barat, dengan peninggalan berupa kapak persegi
2.
Jalur Timur, dengan ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Pada zaman
perunggu, kapak lonjong ditemukan di Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian
Jaya.
A. BUDAYA BACSON-HOABINH
Diperkirakan
berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000 SM.
Awalnya
masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunkan alat dari gerabah yang sederhana
berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600 SM mengalami dalam bentuk
batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong. Bentuknya
ada yang lonjong, segi empat, segitiga, dan ada yang berbentuk berpinggang.
Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat
dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikuburkan dalam posisi
terlipat serta ditaburi zat warna merah.
Ditemukan
dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah Vietnam bagian utara,
yaitu di daerah Bacson
pegunungan Hoabinh.
Istilah
Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an untuk menunjukkan tempat pembuatan
alat-alat batu yang memiliki ciri dipangkas pada satu/ dua sisi permukaannya.
Batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan dan seringkali seluruh
tepiannya menjadi bagian yang tajam. Ditemukan di seluruh wilayah Asia
Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga propinsi-propinsi
Selatan, antara 1800 dan 3000 tahun yang lalu.
Di
Indonesia, alat-alat dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di daerah
Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di Sumatera letaknya di daerah
Lhokseumawe dan Medan.
Penyelidikan
tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak Pendek membawa kita melihat daerah
Tonkin di Indocina dimana ditemukan pusat kebudayaan Prasejarah di pegunungan
Bacson dan daerah Hoabinh yang letaknya saling berdekatan.
Alat-alat
yang ditemukan di daerah tersebut menunjukkan kebudayaan Mesolitikum. Dimana
kapak-kapak tersebut dikerjakan secara kasar. Terdapat pula kapak yang sudah
diasah tajam, hal ini menunjukkan kebudayaan Proto Neolitikum. Diantara kapak
tersebut terdapat jenis pebbles yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek.
Mme
Madeline Colani, seorang ahli prasejarah Perancis menyebutkan/ memberi nama
alat-alat tersebut sebagai kebudayaan
Bacson-Hoabinh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tonkin
merupakan pusat kebudayaan Asia Tenggara. Dari daerah tersebut kebudayaan ini
sampai ke Indonesia melalui Semenanjung Malaya (Malaysia Barat) dan Thailand.
Di
Tonkin tinggal 2 jenis bangsa, yaitu Papua Melanosoid dan Europaeide. Selain
itu ada jenis Mongoloid dan australoid.
1.
Bangsa Papua Melanosoid, merupakan bangsa yang daerah penyebarannya paling
luas, meliputi Hindia Belakang, Indonesia hingga pulau-pulau di Samudera
Pasifik. Bangsa ini memiliki kebudayaan Mesolitikum yang belum di asah
(pebbles).
2.
Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa yang memiliki kebudayaan yang lebih tinggi,
yaitu proto-neolitikum (sudah diasah).
3.
Bangsa Austronesia, merupakan percampuran dari bangsa Melanesoid dan
Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa ini tersebar ke seluruh Kepulauan
Indonesia.
B. BUDAYA DONG SON
o
Kebudayaan
Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia Tenggara. Daerah ini
merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Di daerah ini ditemukan
segala macam alat-alat perunggu, alat-alat dari besi serta kuburan dari masa
itu. Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan tempat penyelidikan yang
pertama.
o
Diperkirakan
kebudayaan ini berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM. Bertempat di kawasan
Sungai Ma, Vietnam
o
Di
daerah tersebut pada tahun 1920 ditemukan alat-alat perunggu diperkirakan
berkaitan dengan kebudayaan Yunan, sebelah barat daya Cina, dan berbagai tempat
di Indonesia. Meskipun benda-benda perunggu telah ada sebelum tahun 500 SM
terdiri atas kapak corong (corong merupakan pangkal yang berongga untuk
memasukkan tangkai atau pegangannya) dan ujung tombak, sabit bercorong, ujung
tombok bertangkai, mata panah, dan benda-benda kecil lainnya.
o
Kebudayaan
Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil kebudayaan perunggu,
nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara ditemukan di Selayar, Sulawesi
Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang terbesar yaitu di daerah Pejeng. Nekara
merupakan perlengkapan upacara persembahan yang dilakukan masyarakat
prasejarah, dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem
kehidupan dan kebudayaan saat itu. Moko (sejenis nekara yang bentuknya lebih
kecil) ditemukan di Pulau Alor. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia
merupakan salah satu bagian dari kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
o
Kurang
lebih 56 Nekara dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak
nekara ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan.
o
Nekara
yang penting ditemukan di Indonesia adalah nekara Makalaman dari Pulau Sangeang
dekat Sumbawa dengan hiasan gambar orang-orang berseragam menyerupai pakaian
dianasti Han (Cina)/ Kushan (India Utara)/ Satavahana (India Tengah)
o
Selain
nekara ditemukan juga benda-benda perunggu lainnya seperti patung-patung,
peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun perhiasan-perhiasan.
o
Bagi Indonesia penemuan benda kebudayaan Dong Son sangat penting. Hal ini
dikarenakan benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya
bercorak Dong Son, bukan mendapat pengaruh budaya logam dari Cina maupun
India.
o
Hal ini
terlihat dari kesamaan corak hiasan dari bahan-bahan yang digunkan. Contoh: Nekara Tipe Heger I memiliki
kesamaan dengan nekara yang paling bagus dan tua di Vietnam, dimana nekara ini
memiliki lajur hiasan yang disusun mendatar bergambar manusia, hewan dan pola
geometris.
o
Dari
penemuan benda budaya Dong Son diketahui cara pembuatannya dengan menggunakn
teknik cetak lilin.
o
Masa
ini telah terjadi tukar menukar dan perdagangan antar masyarakat dengan
alat-alat gerabah dari perunggu sebagai komoditi barter. Selain itu, sebagai
objek dari simbol kemewahan dan alat-alat sakti yang dapat mendatangkan
kekuatan gaib.
o
Kebudayaan
Dongson sampai ke Indonesia melalui jalur Barat yaitu Semenanjung Malaya.
Pembawa kebudayaan ini adalah bangsa Austronesia.
o
Pendapat
tentang kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam 2 tahap:
- Zaman Neolithikum,
berlangsung kurang lebih sejak 2000 SM, merupakan zaman batu tulis, zaman
kebudayaan kapak persegi
- Zaman Perunggu,
kurang lebih sejak 500 SM, merupakan kebudayaan kapak sepatu, nekara, dan
candrasa.
o
Penyebaran
kebudayaan Dongson tersebut menyebabkan terbaginya kebudayaan di Indonesia
menjadi 2, yaitu:
- Kebudayaan Melayu
Tua (Proto Melayu) di Masyarakat Dayak Pedalaman
- Kebudayaan Melayu
Muda (Deutero Melayu) di masyarakat Bali Aga dan Lombok
C. BUDAYA SA HUYNH
Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun 600
SM-1 M.
Pada dasarnya merupakan kebudayaan yang mirip dengan
Kebudayaan Dongson. Karena peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa
Huynh adalah dari kebudayaan Dong Son.
Budaya Sa
Huynh ditemukan di kawasan pantai Vietnam Tengah ke Selatan sampai lembah
sungai Mekong.
Budaya Sa Huynh ada di Vietnam bagian Selatan didukung
oleh suatu kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia
(Cham)
yang diperkirakan berasal dari kepulauan Indonesia.
Orang-orang Cham pernah mengembangkan peradaban yang
dipengaruhi oleh budaya India Champa tetapi akhirnya dikalahkan oleh penduduk
Vietnam sekarang yang hanya merupakan kelompok minoritas hingga sekarang.
Orang-orang Cham merupakan kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa Austronesia dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan
masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia.
Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur
tempayan (jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut
adalah adat kebiasan yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan Indonesia
sebab penguburan dengan cara ini bukan merupakan budaya Dong Son maupun budaya
yang lain.
Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di
Sa Huynh memiliki persamaan dengan tempayan kubur yang ditemukan di Laut
Sulawesi.
Kebudayaan Sa Huynh yang ditemukan meliputi berbagai alat
yang bertangkai corong seperti sikap, tembilang, dan kapak. Namun ada pula yang
tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin, dan
gelang berbentuk spiral.
Teknologi pembutan peralatan besi yang diperkenalkan ke
daerah Sa Huynh berasal dari daerah Cina. Benda perunggu yang ditemukan di
daerah Sa Huynh berupa beberapa perhiasan, seperti gelang , lonceng, dan
bejana-bejana kecil. Ditemukan pula manik-manik emas yang langka dan kawat
perak serta manik-manik kaca dari batu agate bergaris dan berbagai manik-manik
Carnelian (bundar, berbentuk cerutu). Ditemukan alat-alat dari perunggu seperti
bejana kecil, selain itu terdapat gelang-gelang dan perhiasan-perhiasan
Meskipun hubungan langsung dengan pusat-pusat pembuatan
benda-benda perunggu di daerah Dong Son sangat terbatas terbukti dengan
penemuan 7 buah nekara tipe Heger I di daerah Selatan Vietnam dari 130 nekara
yang berhasil ditemukan hingga tahun 1990.
Benda-benda perunggu yang tersebar ke wilayah Indonesia
melalui 2 jalur, yaitu:
a.
Jalur darat : Muangthai dan Malaysia terus ke kepulauan Indonesia
b.
Jalur laut : Menyeberang lautan dan terus tersebar di daerah kepulauan
Indonesia
BUDAYA INDIA
Orang India menyebarkan kebudayaannya melalui hasil karya
sastra, yang berbahasa Sansekerta dan Tamil yang berkembang di wilayah Asia
Tenggara termasuk Indonesia.
Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat
perdagangan terutama pada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut.
Awalnya hanya sebagai tempat persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut
dalam kegiatan perdagangan sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar
para pedagang, termasuk pedagang India.
Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada
berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat
Indonesia yang akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya
kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai,
Tarumanegara, dsb.
Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari
masa budaya pra sejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses
perdagangan, yaitu jalur maritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan
antar bangsa tersebut kemudian lebih dikenal dengan jalur Sutera. Bukti
arkeologisnya ditemukan manik-manik berbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca
yang bertuliskan huruf Brahmi.
Kebudayan Indonesia pada zaman kuno mempunyai fungsi
strategis dalam jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu
India dan Cina. Hubungan perdagangan Indonesia-India jauh lebih awal jika
dibandingkan dengan hubungan Indonesia-Cina. Dimana hubungan perdagangan
Indonesia India telah terjalin sejak awal abad 1 M. Hubungan dagang tersebut kemudian
berkembang menjadi proses penyebaran kebudayaan. Penyebaran budaya India
tersebut menyebabkan:
a.
Tersebarnya agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
b.
Dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan
c.
Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zaman
sejarah bagi masyarakat kepulauan Indonesia
d.
Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan.
Kebudayaan India
yang memegang peranan penting dalam perkembangan masyarakat prasejarah menjadi
masyarakat sejarah.
Pengaruh Indonesia
yang sampai India :
1. Perahu bercadik milik bangsa Indonesia mempengaruhi
penggunaan perahu bercadik di India Selatan (Menurut Hornell)
2. Kelapa asli dari Indonesia yang dijadikan barang
perdagangan hingga samapai di India.
Pengaruh India di
Indonesia dapat dilihat dengan adanya:
- Arca Buddha dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang memperlihatkan langgam seni Amarawati (India Selatan pada Abad 2-5 SM).
- Selain itu ditemukan arca sejenis di daerah Jember, Jawa Timur, dan daerah Bukit Siguntang, Sumatera Selatan.
- Ditemukan arca Budha di Kutai, yang berlanggam seni arca Gunahasa, di India Utara.
Pengaruh Budaya India yang masuk ke
Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya
India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal
ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli
bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan
dijadikan pelengkap.
Pengaruh
kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
Seni
Bangunan
Akulturasi dalam
seni bangunan tampak pada bentuk bangunan
candi.
Di India, candi
merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa.
Di Indonesia, candi
selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk
tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi
sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di
perabukan.
Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di
perabukan.
Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara
diperabukan.
Di atas makam sang
raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan
dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India
dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga,
bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu
bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat
dilihat pada bangunan candi Borobudur.
Seni rupa,
dan seni ukir.
Akulturasi dalam
bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada
bagian dinding candi.
Sebagai contoh:
relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat
sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam
Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang
menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
Seni Hias
Unsur-unsur India
tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara
keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan
: gelang, cincin, manik-manik.
Aksara/tulisan
Berdasarkan
bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak
bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf
Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal
dengan nama huruf Kawi.
Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di
Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang
dipakai bahasa Kawi.Prasasti
Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.
Kesusastraan
Setelah kebudayaan
tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat.
Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi).
Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin.
Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.
Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut
terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita
(kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah
keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata
sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah
India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha
yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra,
terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan
seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan wayang
banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam
pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia.
Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh
punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini
tidak ditemukan di India.
2. Pemerintahan
Sebelum
kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan
tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau
daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang
dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa,
dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang
ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya
pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang
diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia
berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk
menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan
daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat
wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang
didewakan.
3. Sosial
Kehidupan sosial
masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini
dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang
datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi
bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya
pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap
para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan
Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi.
Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong.
Dalam
perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta
dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)
4. Kepercayaan
Sebelum
pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan
memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda
besar (animisme dan dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan
berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha
meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama
Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak
pada fungsi candi di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar