KUMPULAN PUISI

Y.H. Ahmad
Anak Bungsu yang Malang
Majauleng (Sulsel)-Tabone (Sulbar) 2002 Semenjak aku dilahirkan aku takpernah merasakan kasih sayang, belaian, kehangatan serta air susu seorang ibu. Aku dilahirkan.... tapi aku tak dibesarkannya. Seandainya beliau masih ada sekarang mungkin aku tak pernah memaafkannya. Tapi, kini beliau telah tiada takdir yang merenggut nyawanya dikala aku masih bayi. Sekalilagi aku katakan, ini takdir. takdir yang membuatku ada dan takdir pula yang membuat ibuku tiada. Kini aku telah dewasa walau tanpa seorang ibu aki masih tetap mampu bertahan hidup. Susah-senang, baik-buruk, suka-duka aku lalui dan aku lewati begitu saja. Namun ada satu hal yang sering membuatku cemburu pada kawan-kawanku saat hidup kost seperti saat ini, mereka sering dikunjungi oleh ibunya, menenyakan keadaannya serta suka dan dukanya. Satu pesanku bagi yang masih memiliki ibu sekarang Jagalah beliau, rawatlah beliau dan jangan pernah membuat beliau bersedih dan menangis karena setetes air matanya yang jatuh diibaratkan sebulir intan berlian yang hilang dihadapan kita dan jangan pernah berbuat dosa kepada Ibumu sebab azabnya sangat cepat diterima oleh Allah Subhanahuataallah. Namun...aku juga bersyukur tidak punya ibu sekarang Karena aku tidak lagi merisaukan tentang keberadaannya Menakuti ancaman yang dialaminya Ataupun mengkhawatirkan tentang kesehatannya selama aku diperantauan Melainkan cukup aku menghadap kiblat Tuhanku untuk memohon dan berdo’a Ya...Allah, tempatkanlah ibuku pada tempat yang layak disisimu sebagaimana engkau menempatkan Nabi dan Rasulmu serta sahabat-sahabatnya. Amien.......
UNTUKMU IBU
Bulo-Bulo (Bulukumba) Pebruari 2004 Untuk dirimu yang membesarkanku Untuk dirimu yang merawatku Untuk dirimu yang meyusuiku dan Untuk dirimu yang melahirkanku Sembilan bulan sepuluh hari Engkau mengandungku Beban diperutmu tak kau hiraukan Selalu kau bawa kemana-mana Ibu…. Ibuku tersayang Lihatlah Anakmu sekarang Yang butuh kasih sayang Dengan penuh rasa yang paling dalam Ibu……. Inilah aku yang merindukanmu
DIRI DAN HATI
Sila – Bima Agustus 2006 Mula hati berkata bijak Mula diri berucap salam Dikala hati bertaut jiwa Dikala diri tarpaut rasa Adakah bila diri dipandang Ataukah hati dapat dirasa Hamba yakin diri – kan senang Harapan hati – pun mencapai asa Bayangan malam dikala jingga Banyaklah diri akan berharap Nanti kelak malam – kan datang Niatlah hati selalu – kan tenang Sadarlah diri Sabarlah hati Nasib baik akan menimpa Nanti kelak kita bahagia
AWAL DAN AKHIR
Sila – Bima Agustus 2006 Dalam malam sepiku, teringat aku tentang dirimu, yang melahirkanku, menjaga dan merawatku serta membesarkanku. Ia…… itu jelas engkau lakukan dengan penuh rasa kasih yang dalam. Rasa rinduku padamu sekarang tiada terbendung oleh apapun, seandainya tak ada engkau maka diriku-pun tak pernah ada. Dan……..hanya engkau satu-satunya idola yang ada di rasa ini. Ibu….. ibuku sayang, dengarlah suara hati ankmu sekarang yang butuh belaian serta kasih sayang. Sekarang anakmu telah dewasa ibu… Tapi…… tapi walau demikian masih ingin mendengar saran dan titahmu terlebih perhatian dan kasih sayang darimu ibu. Nanti bila aku menikah, bersanding dipelaminan, aku ingin ibu ada mendampingiku berada disampingku, walau…… walau aku tau ibu ada di alam sana. Sepanjang perjalananku aku ingin ibu terus menemaniku, menasehatiku apalah lagi bila diri ini ada dalam suatu kekeliruan dan kesilafan yang menjerumuskan diri ini dalam suatu kesesatan, aku ingin ada ibu yang menegur serta menasehatiku. Teringat aku pada masa kau pergi, saat-saat terakhir engkau ada dalam pandanganku. Aku melihat engkau terbaring disana (di rumah Adikmu), aku tau engkau tertidur namun aku juga merasa bingung sebab pada itu orang-orang berkerumunan datang dirumah milik saudaramu, pada saat itu aku masih kurang mengerti tentang tanggal bulan dan tahun namun yang jelas dalam ingatanku engkau terbaring diwaktu pagi yang cerah nan kecerahan itupun kemudian berlalu saat gerimis datang, (11-10-1989) aku pada saat langit cerah itu, aku bermain di halaman depan rumah, menggali dan menyirami tanah kering disitu, namun selang beberapa saat kakakku yang tertua (Mas’ah) datang dengan suara tangisan yang tidak tertahan. Aku bertambah bingung, entah dalam hati bertanya apa gerangan yang terjadi, namun setelah itu aku – pun kembali bermain hingga berakhir pada saat gerimis itu datang. Entahlah……….. beberapa pekan kemudian aku kerap bermimpi tentang ibu, terkadang aku mengejarnya namun beliau tetap berpaling dariku dan melambai-lambaikan tangan pada diri ini layak orang berpamitan. Setia hati memandang bulan saat terdengar suara ayah “Setiap ada rembulan pasti ibumu akan datang” namun disetiap aku melihat rembulan tiada kunjung ibuku nan – tiba. Aku tersadar, serasa rembulan – pun mentertawakan aku karna diriku berhasil dibodohi ayah, namun dalam hati tetap terpatri, walau ibu belum kunjung tiba diri ini akan tetap menanti dengan penuh rasa setia.
AKU BERDIRI DIATAS PUSARAMU
Sila – Bima Agustus 2006
Memandang batu nisanmu Mengenang hidup bersamamu Mengharap ada didekatmu Menghayal engkau ada di depanku
Menatap kosong di Makammu Mencari celah tuk melihatmu Menunggu kehadiranmu Mandamba kasih sayangmu
Merasa ada dirimu Memeluk bayang-bayangmu Mencium harum wangimu
Sebenarnya aku merindumu Wahai… ibuku tersayang Belaian kasihmu begitu kuharap Namun engkau tiada di sisi
SIMFONI HIDUP. I
Bima September 2006 Jalan panjang yang aku susuri Ribuan lorong aku lewati Beragam tantangan aku hadapi Semuanya aku layani Manakala aku menderita Pikiranku kelakkan kan bahagia Tapi bila tetap sengsara Perasaan hati ada di surga Jalan hidup susah ditebak Tapi harus tetap kita membidik [menembak] Namun bila kita tak terdidik Kelak hidup kita kan terdesak Sabar hati janganlah gunda Bila diri merasa duka karna tuhan maha sempurna Semua orang tahu dan percaya
BINGUNG
Bima September 2006 Berjalan menyusuri pantai, menapaki pasir-pasir putih, desiran angin berhembus sepoi-sepoi, riuk gelombang terus berkejaran menuju bibir pantai. Aku duduk di sebongkahan batu karang menatap kosong kearah lautan lepas. Aku……… aku terdiam……. Aku bak seorang bisu tanpa berucap sepatah kata, sebab aku tidak sanggup membayangkan bagaiman tentang kehidupan dihari esok..
SIMFONI HIDUP II
Bima 19 Mei 2009 Jalan panjang yang aku susuri Ribuan lorong aku lewati Beragam tantangan aku hadapi Semuanya aku layani Manakala aku dalam kesusahan Aku salami kesusahan itu sendiri Dengan tegak pun aku berdiri Tanpa sedu-sedan aku berpatri Bila pun aku hidup senang Aku takkan berdiam diri Tiada mau hati menikmati sendiri Akan pasti teman dan kawan ku cari Kalaupun orong akan berkata sombong Biarlah mereka sendiri menilai Asalkan kita tulus mengabdi Karena Tuhan Maha mengetahui
SUARA HATI SANG IBU
Aku bukan mengeluh .................. sayang Aku tidak menangis ................. nanda Aku tidaklah pula marah Atau aku tidak juga kesal ..... padamu Aku hanyalah seorang ibu renta Yang mengharap Dalam perjalanan ini kerap aku kesandung bebatuan, walau langkah aku hati-hati akan tapi batu kerap mennghampiri. Setiap ingin kubertanya tentang nasib
ENTAH..........................
(Malam Minggu 15 Mei 2010) Bayangan pikiran terus datang mengganggu hidupmu................... Engkau terus merasa bahwa aku adalah musuh abadimu.................. Sementara aku tau kau begitu menyangiku.................... Namun entah kenapa bayang-bayang keraguan terus menghantuimu......................... Betapapun itu kau terus membenciku.............................................. Karena mimpi-mimpi buruk diepisode yang lalu.................................. Namun bagiku itu adalah tetap engkau............................. Yang pernah menyayangi dan mencintaiku sepenuh hatimu....................... Bilamana aku melukaimu..................................... Lihatlah tingkah laku dan kejiwaanku............................ Bukankah engkau sangat mengerti dengan diriku.................... Selama hidupku tidak pernah mau jauh darimu.................................. Biarkanlah mimpi burukmu itu.......................................... Sekedar menjadi hiasan konyol dalam jiwamu.......................... Janganlah kamu anggap dalam dunia nyatamu................................. Sebab diriku tidak pernah berpaling dalam hidupmu........................... Begitu lama kupendam bait-bait ini untuk mu....................................... Karna aku merasa tidak pernah dibutuhkan olehmu.......................... Sebab prasangka telah menghantuimu.............................. Olehnya itulah bait ini kupersembahkan untukmu.......................... Bisakah engkau mempercayaiku......................... Dengan secuil keperyaan darimu............................ Karena dengan secuil kepercayaan itu................................ Dapat membangkitkan kembali cintamu kepadaku............................... Besar sekali harapanku.............................. Untuk terus membahagiakanmu........................... Kalaupun rasa takut didalam jiwa selalu menyertaimu...................... Heningkanlah diri dan terus membayang akan keindahan hari depanmu.................. Berkuranglah semangat hidupku........................... Apabila kau terus tidak mempercayaiku.................................. Sesempurnanya manusia dipandang matamu.................................... Pastilah ada cela dan hina dipandangan sekelilingmu................. Begitupula sebaliknya.................. Sesalah apaun dalam pandangan lahir bathinmu........................ Pastilah ada guna dan manfaat untuk disekelilingmu......................... Karna Tuhan maha mengetahui dia mengetahui apa yang tidak diketahuimu.................... Beranggaplah bijak dalam hidupmu..................... Niscaya dirasakan faedah untukmu................................ Janganlah biarkan pikiran itu datang menghantuimu......................... Anggaplah itu ilusi yang membangkitkan cintamu....................................
JANGAN JADI PECUNDANG......
Engkau telah mengajariku dahulu...... Sejak aku taman kanak-kanak hingga ku beranjak dewasa Perilaku nan bijaksana mu selalu dan selamanya aku tiru.... Entah sampai kapan aku akan melupa Bapak dan Ibu guruku yang tercinta Adakah ananda bisa berpesan Janganlah engkau merasa gundah gulana Sebab ada orang yang hendak menelan Baik Buruk kita hari ini Sebenarnya bukan diatur oleh orang perorang Bilakah Bapak Ibu guru hendak Mengkaji Orang yang bertindak senonoh bolehlah di perang Janganlah Bapak Ibu guruku jadi Pecundang Sebab orang yang berkuasa telah bertindak Kamipun akan selalu ada dibelakang Siap siaga mengamuk dan berteriak Maafkanlah ananda bila dinilai terlalu kasar Sebab ananda sudahlah tak tahan Melihat tindak si Penguasa besar yang gusar Memindah menindih tanpa kenal lahan Sadarkah engkau wahai pahlawan tanpa tanda jasa Engkau tertindas oleh politik hina dan dengki Banyak sudah selama ini kau rasa Kenapa masih berdiam diri Kami sadar dan kami mengerti Bahwa sabar itu dikasihani Tuhan Tapi jangan ajarkan pada kami untuk mempecundangi diri Sebab apa yang kami lihat dan saksikan Cukup meresa engkau telah ternodai Sebuah pertikaian yang berkepanjangan Menghasilkan penderitaan yang tiada tara Sudah nasibmu selalu sengsara Tiada pula niatmu untuk melawan Menyikapi Pertikaian PGRI Kota Bima dan Walikota Bima serta mutasi para guru oleh Bupati Bima. Belo-Rupe, April-Agustus 2010.
E N T A H 2
Malam Minggu 15 Mei 2010 Diasaat kegalauan hati inilah aku berusaha memberikan pelita baru dalam hidupmu, entah kau menggap ini dapat berarti dalam hidupmu. Itu, terserahlah engkau yang menilainya. Aku tidak berpikir ini dapat menghibur dirimu, tapi aku wajib membangkitkan semangat hidupmu, karena hidupmu adalah hidupku juga. Walau prasangka terus menghantuimu, namun tidak pernah menyurutkan niatku untuk terus membahagiakanmu, walau kemampuanku tidak begitu jelas dan mampu mengobati rasa sakitmu, tapi yakin dan percaya dalam hidupku aku akan dapat membahagiakanmu dan membawamu keluar dari jeratan pikiran kalut yang terus datang membayangi hidupmu.
Bathin dan Pikiran
Juni 2010 Aku heran pada diriku. Aku anggap waktu istirahatku adalah saat pekerjaanku, sementara jam kerjaku aku tetap menggunakan untuk bekerja. Mungkinkah aku rakus dalam bekerja…??? Akan tetapi yang membuatku selalu malas untuk bekerja di Jam kerja ku sebab orang selau menggapnya Salah….nggak beres….dan kami harus mengerjakan mulai dari awal. Aku tersadar akan kemampuanku, aku tidak sesempurna Profesor dan Doktor, akupun belum sebanding dengan master. Ia….ia, aku hanya pekerja, yang tidak tau siang dan malam hanya untuk bekerja. Pekerja……Ia …..kamu pasti mengerti dan tau pekerja, bekerja untuk mencari upah…..yah kalau tidak bekerja tidak ada upah. Tapi kamu khan bekerja……kenapa kamu tidak dikasih upah. Ah…lupakan saja, itu adalah bisikan iblis yang menghantui pikiranmu. Kembalilah bekerja, anggap itu suatu stimulus bagimu untuk terus memupuk semangat dan prestasimu. Ah…..Semangat….!!! Apa itu Prestasi…..!!!, kalau kau sudah semangat dan berprestasi apa yang bisa kau dapatkan…..? adakah sebongkahan pujian yang bisa kau dapatkan, atau penghargaan yang disematkan di dadamu…..? yah ataukah sekeping dua mata uang ringgit yang sering kau belanjakan masa kanak-kanakmu dulu….? Kenapa kau sering menggangguku…..Aku ingin bekerja…Bekerja dan Bekerja, walau apapun itu bahasamu aku tetap bekerja, karena kalau tidak bekerja aku tidak bisa menafkahi keluargaku. Hai…..jangan terlalu memelas begitu…….aku sebenarnya kasihan padamu……aku kira kamu dapat memahami apa yang aku bicarakan, bukannya aku melarangmu bekerja tapi kamu juga harus tau kamu bekerja dimana dengan siapa saja dan penghargaan orang terhadapmu seperti apa? Sudahlah…..sudah banyak yang bisa dicontohi…..kemarin si itu, dulunya si Anu, entahlah….sekarang siapa lagi….ya…bisa saja kamu karena dia tidak mungkin. Eh……kamu ngomong apa, jangan sembarang kalau bicara, kamu khan tau….dari tadi, aku hanya bekerja….bekerja dan bekerja. Kamu juga tidak perlu mencampuri urusanku sebab diriku tidak pernah mengenalmu sebelumnya dan untuk apa kamu so’ menasehatiku, yang terpenting hari ini aku tetap bekerja. Biar orang lain menganggapku apa, Pekerjaanku tidak pernah Rampung, Selalu membuat masalah, selalu kekanak-kanakkan, tidak bisa jaga diri, gampangan, tidak berwibawa, dan masih banyak yang lainnya itu……Itukan pandangan orang…….yah wajarlah orang menilai seperti itu, kalau saya sendiri yang menilai diriku seperti itu itu baru tidak wajar, karena menurutku Aku adalah diriku yang ditiap harinya hanya untuk bekerja, bekerja dan bekerja, Kalau masalah rampung dan tidaknya suatu pekerjaan tergantung dari cara orang memandanglah, kalau pekerjaanmu segudang….mampu…ngga’ kamu kerjakan dalam sehari belum lagi keluarga membutuhkanmu, anak menangis memanggil dirimu, kawan membutuhkan bantuanmu, orang tuamu memanggilmu, atau istrimu marah karena melihatmu bekerja terus. Nah…….Yang ini…nich, Selalu membuat masalah!. Jangan salah yah….kita memang ada bersama masalah, kita terlahir karena terjadinya sebuah masalah yakni terjadi gesekan diantara bagian-bagian tertentu, sementara kita dibesarkan dengan penuh masalah, baik itu menyangkut tidak sanggupnya orang tua membelikan susu, tidak sanggup membawa ke Dokter kalau sakit, tidak bisa membelikan baju baru saat lebaran, tidak bisa membawa libur saat ada waktu luang, dan itulah masalah…entahlah kamu juga menganggap ini adalah masalah atau tidak? Selalu kekanak-kanakan. Sungguh aku tidak mau lagi ngomong dan membahas ini lagi karena aku masih kekanak-kanakan, sebab anak-anak yang duduk di Taman Kanak-kanak tidak biasa ….yah tidak bisa pokoknya banyak yang dia tidak bisa. Oooooo aku mengerti……disinilah mereka anggap aku tidak bisa….karena aku masih kanak-kanak, memang….kamu itu masih kanak2 tapi entahlah siapa yang lebih kanak2.

Tidak ada komentar: