Petikan perkuliahan dari : PROF. DR. HELIUS SJAMSUDDIN, MA
Setiap pemikir mempunyai definisi berbeda tentang makna filsafat karena pengertiannya yang begitu luas dan abstrak. Tetapi secara
sederhana filsafat dapat
dimaknai bersama sebagai suatu sistim nilai-nilai (systems of values) yang luhur yang dapat menjadi pegangan atau anutan setiap
individu, atau keluarga, atau kelompok komunitas dan/atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara
tertentu. Pendidikan sebagai upaya terorganisasi,
terencana, sistimatis, untuk mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas (ilmu pengetahuan, sikap, moral dan nilai-nilai hidup dan kehidupan,
ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain. Adapun visi, misi dan tujuannya yang
ingin dicapai semuanya
berlandaskan suatu filsafat
tertentu. Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi
oleh filsafat hidup yang kita sepakati dan anut bersama.
Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan kita
sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation
state) yang merdeka, pada
setiap kurun zaman, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang
menjadi fondasi utama dari setiap
bentuk pendidikan karena menyangkut
sistem nilai-nilai (systems of
values) yang memberi warna dan menjadi "semangat zaman" (zeitgeist)
yang dianut oleh setiap
individu, keluarga, anggota-anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau
pada gilirannya bangsa dan negara nasional.
Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan
Indonesia.
Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa (dan
Amerika) pada abad ke-19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah Pendidikan telah muncul dari dan
digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam, a.l. untuk membangkitkan kesadaran berbangsa,
kesadaran
akan
kesatuan kebudayaan, pengembangan profesional guru-guru, atau untuk kebanggaan terhadap lembaga-lembaga
dan tipe-tipe pendidikan tertentu. (Silver, 1985: 2266).
Substansi
dan tekanan dalam Sejarah Pendidikan itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu: mulai dari
tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistim pendidikan beserta komponen-komponennya,
sampai kepada pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sehubungan dengan ini semua Sejarah
Pendidikan erat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial.
(Silver, 1985: Talbot, 1972: 193-210)
Esensi dari pendidikan itu sendiri sebenarnya
ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide
dan nilai-nilai spiritual serta (estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda
dalam setiap masyarakat
atau bangsa. Oleh sebab itu sejarah dari pendidikan mempunyai sejarah yang sama tuanya dengan masyarakat
pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal dalam keluarga batih, sampai kepada
pendidikan formal dan non-formal dalam masyarakat agraris maupun industri.
Selama ini Sejarah Pendidikan masih menggunakan
pendekatan lama atau "tradisional"
yang umumnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide-ide dan pemikir-pemikir besar dalam
pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga-lembaga, atau sejarah perundang-undangan
dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan. (Silver, 1985: 2266) Pendekatan
yang umumnya diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu melihat ke
dalam. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam pendidikan beserta segala macam masalah yang
timbul atau ditimbulkannya, penanganan serta pendekatan baru dalam Sejarah
Pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak oleh
para sejarawan pendidikan kemudian.
(Talbot, 1972: 206-207)
Para sejarawan, khususnya sejarawan
pendidikan melihat hubungan timbal balik antara pendidikan dan masyarakat; antara penyelenggara pendidikan
dengan pemerintah sebagai
representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan (policy) umum
bagi pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan mobilitas sosial (vertikal maupun
horizontal); masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan yang dampak-dampaknya (positif ataupun negatif) dirasakan
terutama oleh masyarakat
pemakai, misalnya, timbulnya golongan menengah yang menganggur karena jenis pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau kesenjangan dalam pemerataan dan mutu
pendidikan; pendidikan lanjutan yang hanya dapat dinikmati oleh anak-anak orang kaya dengan
pendidikan terminal dari anak-anak yang orang tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam
bentuk yayasan-yayasan dan
sebagainya. Semuanya menuntut peningkatan metodologis penelitian dan penulisan sejarah yang lebih baik
danipada sebelumnya untuk menangani
semua masalah kependidikan ini.
Sehubungan
dengan di atas pendekatan Sejarah Pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara
diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru yaitu a.l, interdisiplin.
Dalam pendekatan interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah
dengan sinkronis ilmu-ihmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tertentu seperti
antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki
"perbatasan" (sejarah) pendidikan
dengan "ilmu-ilmu terapan" yang disebut antropologi
pendidikan, sosiologi pendidikan, dan
politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara optimal dan
maksimal hubungan dialogis "simbiose mutualistis" antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.
Sejarah Pendidikan Indonesia dalam arti nasional
termasuk relatif baru. Pada zaman pemerintahan kolonial telah juga menjadi perhatian
yang diajarkan secara diakronis sejak dari sistem-sistem pendidikan zaman
Hindu, Islam, Portugis, VOC, pemerintahan Hindia-Belanda abad ke-19. Kemudian
dilanjutkan dengan pendidikan zaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka model
diakronis ini masih terus dilanjutkan sampai sekarang.
Perkuliahan dilakukan dengan pendekatan
interdisiplm (diakronik dan/atau sinkronik). Untuk Sejarah Pendidikan Indonesia
mutakhir, substansinya seluruh spektrum pendidikan yang secara temporal pernah berlaku
dan masih berlaku di Indonesia; hubungan antara kebijakan pendidikan dengan
politik nasional pemerintah, termasuk kebijakan penyusunan dan perubahan kurikulum
dengan segala aspeknya yang menyertainya; lembaga-lembaga pendidikan (pemerintah
maupun swasta); pendidikan formal dan non-formal; pendidikan umum, khusus dan agama.
Singkatnya segala macam makalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia dahulu dan sekarang dan melihat
prosepeknya ke masa depan. Sejarah sebagai kajian reflektif dapat dimanfaatkan
untuk melihat prosepek ke depan meskipun tidak punya pretensi meramal. Dalam setiap bahasan dicoba dilihat
filosofi yang melatarinya.
Sumber-sumber yang digunakan: sumber pertama (primary
sources) berupa dokumen-dokumen yang menyangkut kebijakan pendidikan;
sumber kedua (secondary
sources) benipa artikel, monograf, atau buku-buku tentang perkembangan dan makalah pendidikan. Sebagai bahan komparasi
sumber-sumber mengenai Sejarah Pendidikan di negara-negara lain yang dapat diperoleh
melalui internet dll.
Cara penyajian kuliah sebagian besar melalui
diskusi-diskusi, terutama membahas dokumen-dokumen dari sumber-sumber pertama; membuat
Chapter dan/atau Book Report; menyusun makalah individual dan/atau kelompok
yang didiskusikan.
DAFTAR PUSTAKA (sementara):
Brugmans, LJ. 1938. Geschiedenis van het OnderwUs
in Nederlandsch-Indiey Groningen-Batavia:
J.B. Wolters.
Church, Robert L. 1971. "History of Education as a Field of Study", dalam The Encyclopedia
of Education. The Macmillan Company
& Free Press.
Djojonegoro, Wardiman. 1996. Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Kebudayaan, Departernen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Good, Carter V. & Scates, Douglas E. 1954. Methods of Research Educational, Psychological,
Sociological. New York: Appleton-Cent uy. Crofts, Inc.
Good, H.G. 1968. A History of Wester1iEducation. 2"d ed. New York:
The Macmillan Company.
Hans, Nicholas. 1958. Comparative
Education. A Study of Educational Factors and Traditions. London:
Routledge & Kegan Paul Limited.
Meyer, Adolphe E. 1972. An Educational
History of the Western World. New
York: Magraw -Hill Book Company.
Miller, T.W.G., ed. 1968. Education in South-East Asia.
Sidney: Ian Novak.
Poerbakawatja, Soegarda. 1970. Pendidikan
Dalam Alam Indonesia
Merdeka. Djakarta: PT Ginning Agung.
Silver, H. 1985. "Historiography of Education", dalarn The International Encyclopedia of Education.
Sjamsuddin, Helms , et.al.
1993. Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Kemerdekaan
(1945-1966). Jakarta:
IDSN.
Talbott, John E. 1972. "Education
in Intellectual and Social
History", dalam Felix Gilbert
& Stephen R. Graubard, ed. Historical
Studies Today. New York: W.W.
Tilaar, H.A.R. 1995. 50 Tahun
Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995. Suatu Analisis Kebijakan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Grasindo.
Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Wal, S.L. van der.
1963. Het Onderwysbeleid in Nederlands-Indie., 1900-1940.
Een Bronnenpublikatie. Groningen: J. B. Wolters.
Termasuk: Literatur
tentang Pendidikan Taman Siswa, Pendidikan di Kayu Tanam, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar