Catatan Kecil

Seandainya aku bisa berteriak yang keras dan lantang, aku ingin berteriak memecahkan bumi ini hingga berkeping dimana antara mahluk yang satu dengan lainnya tidak saling bertemu juga termasuk aku. tapi aku tersadar akan kemampuan diri, jangankan berteriak untuk memecahkan bumi berteriak untuk menghabarkan bahwa negeriku dalam keadaan kesusahan aku tak sanggup. sudahlah daripada kerongkonganku kering atau suaraku serak lebih baik aku diam. Aku tak ubahnya seperti lumpur Hitam, lumpur hitam yang mendebu, menempel di sepatu dan sandal, hinggap di atas aspal, terguyur hujan, terpelanting, masuk comberan, siapa sudi memandang atau mengulurkan tangan? tanpa uluran tangan Tuhan aku adalah lumpur hitam yang malang
berjalan di titian kodrat (apa yang harus kita katakan) jika berharap Dia menentukan rinai tangis dalam hatiku
bagai rintik hujan di kot. apa gerangan makna lesu yang menyusup masuk kalbuku?
“Allaahumma, inni asaluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha, wa a’udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha! “Baarakallaahu likulli waahidin minna fi shaahibihi.
“Allaahumma baarik li fi ahli, wa baarik lahum fiyya. Allaahumma ijma’ bainana ma jama’ta bikhair, wa farriq bainana idza farraqta ila khair. Amin.

Tidak ada komentar: