Pada abad tujuh belas dan delapan belas terjadi banjir literatur
ekonomi (dimensions of veritable flood). Sebuah
perpustakaan besar menspesialisasikan dalam jenis material, seperti Perpustakaan
Kress di Harvard University, mungkin dalam daftar katalognya ada sekitar dua
ratus pamflet dan buku yang ditulis pada abad enam belas. Pada abad tujuh belas
jumlahnya meningkat menjadi dua ribu koleksi, dan di periode selama tujuh puluh
lima tahun, dimana berakhir dengan Wealth of Nation-nya Adam Smith tahun
1776, jumlah koleksi meningkat menjadi lima ribu koleksi.
Sebelum tahun 1776, ada beberapa kerja sistematis dalam ekonomi,
yang merupakan sebuah risalah yang mencakup seluruh subjek secara konsisten dan
komprehensif. Malahan, bagian terbesar literatur
terbaru mencurahkan pada tahapan atau aspek khusus. Penulisan biasanya didorong
oleh peristiwa penting pada saat itu, dan sering dibentuk untuk membantu
otoritas publik dalam pembuatan kebijakan atau mempengaruhinya dengan
permohonan khusus (special pleading).
Ukuran Baru Kesopanan
Tidak ada yang lebih mencolok dengan masa lalu dibanding kenyataan
bahwa pemikir ekonomi pada saat itu cocok untuk menjadi pebisnis. Child, tokoh terkemuka dalam diskusi ekonomi, seorang ahli
kemakmuran Inggris abad tujuh belas. Berdua dengan Mun, penulis tentang
permasalahan ekonomi lainnya yang sama istimewanya, mempunyai hubungan yang
sangat dekat dan memegang posisi dengan East India Company.
Keuntungan perdagangan dan segala hal yang berkaitan dengan
keuangan, di abad permulaan dapat dipastikan dipenuhi dengan kecurigaan. Di abad pertengahan, Schoolmen telah memberikan garis besar batasan
jalur yang mungkin dilewati para pebisnis tanpa membahayakan keselamatannya.
Banyak dari mereka yang berkata untuk melindungi posisi ekonomi konsumen.
Kombinasi gagasan dan tindakan yang ditunjukkan oleh Child dan Mun
menjadi fenomena Renaissance. Kepandaian dalam
berbagai hal dari spesialisasi adalah tanda ideal Renaissance, “universal man”
yang mengembangkan potensi individual sepenuhnya dan dalam seluruh arahan yang
mungkin. Idealnya hampir mendekati pemikiran beberapa tokoh besar seperti
Lorenzo de’ Medici, saudagar dan pembuat aturan perdagangan di Florence yang
juga mempunyai reputasi di kesarjanaan dan puisi, dan Leonardo da Vinci,
pelukis, scuptor, arsitek, pemusik, engineer, dan ilmuwan.
Dalam skala yang lebih kecil diikuti oleh Montchreten (c.
1575-1621), pabrik perangkat keras di Perancis yang disamping menulis the
Traite de I’economie politique tahun 1615 dikenal sebagai penyait muda.
Dalam bidang ekonomi penolakan terhadap spesialisasi berarti sangkalan terhadap
pembagian kerja (division of labor) antara pemikir dan pelaku.
Gagasan Ekonomi pada
Periode Ini
Ada sangat banyak pebisnis yang mencapai kemampuan sebagai pemikir
ekonomi dan memberikan pengaruh pada kualitas gagasan ekonomi. Menurut ukuran pada saat mereka sama baiknya dengan pada saat kita
dimana seseorang terdidik dengan baik, terlatih di masyarakat, akrab dengan
beberapa bahasa tidak hanya Latin dan Yunani, dan dapat menggambarkan wewenang
yang cocok sebagai kutipan pendukung argumen mereka.
Secara umum, gagasan periode ini lebih baik secara praktek dan
berorientasi pada kebijakan, secara luas berdasar pada pertimbangan pengamatan
pada kenyataan tapi juga pada beberapa prinsip umum. Pada sisi empiris hal ini sering gagal karena kecenderungan untuk
menunjukkan sebagai hubungan sebab dan akibat urutan dari peristiwa yang
diikuti peristiwa lain pada waktu itu.
Para penulis pada masa ini lebih tertarik pada beberapa permasalahan
ekonomi dan mereka tidak mendapatkannya, bahkan mereka mencoba menggagasnya,
sebuah gabungan model ekonomi yang menunjukkan hubungan antara variabel yang
relevan. Seperti mereka yang biasa memberikan perhatikan pada bagian ekonomi,
mereka kurang berpikir integrasi ini dan penuh dengan kontradiksi. Sebagai
sebuah prinsip umum, gagasan ini menjadi sering diucapkan pada literatur
ekonomi, dengan pandangan yang menopang pengajuan kebijakan.
Karakteriktik Nasional
Pengamatan dibuat begitu untuk menerapkannya
terutama di Inggris, di mana hubungan antara bisnis dan pemikiran ekonomi
sangat dekat. Di dalam satu
studi Belanda yang menyeluruh pemikiran ekonomi pada periode ini, suatu studi
sekarang berusia di atas seratus tahun, penulis menafsirkan pertentangan ini
antara pikiran dan pemenuhan dari Belanda dan menyimpulkan bahwa semakin suatu
ekonomi berhasil baik, semakin sedikit ditulis. Tapi penelitian tentang ini
jauh dari kenyataan.
Merkantilisme
Merkantilisme muncul pertama kali pada abad
tujuh belas dan pertengahan pertama abad delapan belas saat terbit bukunya Adam
Smith pada tahun 1776 yaitu ‘Wealth of Nation’, yang mendiskusikan
mengenai “ System of Political Economy”. Buku tersebut mereview apa yang
disebut Smith dengan “the commercial or mercantile system”. Pemikiran Smith tersebut banyak dikritik pada
saat itu.
Ia menghambat kelemahan dari sistem
merkantilisme dan mengarahkannya ke dalam sistem yang kuat miliknya tentang
kebebasan ekonomi. Menurutnya
sistem merkantilis adalah suatu penipuan yang dilakukan oleh kelas bisnis
kepada publik. Apa yang disebut Smith dengan sistem merkantilis selanjutnya
disebut dengan merkantilisme.
Merkantilisme saat ini dipahami sebagai bundel
gagasan dan sebagai suatu latihan di dalam keahlian sebagai negarawan. Perkembangan ini melawan latar belakang
persaingan dan peperangan antara kekuatan-kekuatan hebat di Eropa, dimana pada
saat itu kedamaian hanya terjadi pada satu periode antara tahun 1600-1667.
Munculnya ajaran merkantilisme berhubungan dengan munculnya England dan British
Empire sebagai kekuatan dunia.
Persaingan
Ekonomi
Hubungan komersial yang terjadi antar Belanda
dan Inggris pada saat itu karena konflik, menyebabkan lahirnya literatur
mengenai pola perdagangan internasional dan keuangan yang sama seperti hukum
Negara modern, literatur ini mengambil titik awal dari kerja Hugo Grotius,
seorang ahli hukum Belanda, yang dalam bukunya Mare Liberum pada tahun
1609 mengatakan bahwa laut bebas untuk semua, kata-kata tersebut memprovokasi
Inggris yang diulangi oleh John Selden dalam Mare Clausum-nya pada tahun 1635.
Hal ini tidak hanya persaingan internasional
saja yang membentuk latar belakang pertentangan mengenai merkantilis, tetapi
juga konflik domestik tentang bunga. Sistem dan pamflet digunakan sebagai senjata oleh
pembicara-pembicara dari perusahaan-perusahaan besar yang aktif dalam
perdagangan internasional dan kolonialisasi.
Mereka sering terjebak dalam permusuhan yang
sengit dan kecemburuan di antara mereka sendiri. Peraturan perusahaan, perusahaan kerja sama, dan
interlopers adalah suatu kesatuan dalam protes mereka tentang perdagangan
banker dan keuangan. Pertentangan mengenai usury (riba) tidak pernah mati
tetapi ditransformasikan dari moral ke isu-isu ekonomi.
Keseimbangan
Perdagangan
Pusat doktrin dari ajaran merkantilis adalah “balance
of trade,” sebuah kalimat yang mungkin diturunkan dari accounting
precedents. Seperti yang
dikabarkan oleh Francis Bacon pada tahun 1616, doktrin Negara : “mari membangun
keuntungan perdagangan yang diletakkan melalui ekspor komoditi dalam negeri
lebih bernilai dari pada mengimpor dari asing, sehingga kita dapat yakin kalau
persediaan kerajaan akan meningkat untuk keseimbangan perdagangan haris
dikembalikan dalam bentuk uang atau emas.”
Misselden
Edward Misselden (fl. 1608-54), seoarang bisnismen, seorang pedagang
yang pada saat itu juga sedang bekerja di East India Company, mencoba untuk
menerangkan penyebab depresi bisnis yang diderita Inggris di awal 1620an yang
ditulis dalam bukunya Free Trade or the Means to Make Trade Flourish,
diterbitkan pada 1622.
Sama seperti ahli-ahli merkantilis lainnya, Misselden diobsebsikan
oleh gagasan bahwa Inggris membutuhkan lebih banyak mata uang. Untuk mewujudkannya dia harus meningkatkan ekspor dan menekan
impor. Misselden mendefinisikan monopoli sebagai ‘macam jenis dari perdagangan,
membeli, menjual, pertukaran atau barter, dan kadang-kadang tetapi oleh satu
orang, dan yang dicegah dari semua yang lain, untuk menguntungkan pelaku
monopoli dan merugikan orang lain.’ Kompetisi yang didukungnya adalah struktur
pasar yang lebih dari cukup diklasifikasikan sebagai oligopoli.
Mun
Thomas Mun (1571-1641) melakukan gebrakan lewat bukunya A
Discourse of Trade from England unto the East-Indies pada tahun 1621. Teori
Mun memunculkan pertanyaan dari tujuan utama atau tujuan akhir dari aliran
masuk mata uang dimana Mun sangat ingin memaksimalkan. Dia percaya bahwa
beberapa ekspansi akan memimpin harga tertinggi dimana akan membayang-bayangi
ekspor. Bagi Mun uang sangat bernilai sebagai perantara dalam pertukaran
internasional, untuk menjalankan perdagangan. Perdagangan berarti untuk
memperoleh harta benda, dan harta benda berarti untuk memperluas perdagangan.
Keseimbangan Kekuatan
Bagian terpenting dari ajaran merkantilis adalah bahwa dugaan
kekuatan, perdagangan, dan harta benda adalah kuantitas tetap yang alami. Menurut Mun, keuntungan seseorang adalah kerugian bagi orang lain.
Jika dalam hubungan internasional keuntungan satu negara adalah kerugian bagi
negara lain, dan jika ini dapat diasumsikan bahwa negara akan bekerja keras
untuk mendapat keuntungan dan menghindari kerugian., kemudian secara spesifik
kebijakan komersial dan kebijakan ekonomi luar negeri menjadi instrumen bagi
kemakmuran ekonomi.
Dalam hal ini merkantilis dapat dikatakan harus mempertimbangakan
pengejaran keuntungan nasional solusi dari masalah ekonomi seperti yang mereka
lihat. Dalam sistem merkantilis, keuntungan yang
diperoleh konsumen hampir seluruhnya tetap mengorbankan produsen, dan ini sama
untuk mempertimbangkan produksi, dan tidak konsumsi, sebagai tujuan akhir dan
objek dari semua industri dan perdagangan.
Merkantilisme adalah zaman perdagangan. Tahun 1454 Konstantinopel
jatuh ke tangan Turki Usmani. Sebagai penguasa konstantinopel otomatis Turki
mengontrol jalur perdagangan di laut tengah. Turki melakukan blokade
perdagangan di laut tengah sehingga orang eropa kristen tidak bisa mendapat
bahan dagangan (terutama rempah-rempah) yang berasal dari maluku. Perdagangan
di laut tengah dikuasai oleh orang muslim.
Akibatnya orang-orang Eropa mengirimkan ekspedisi/penjelajahan samudra untuk
membeli rempah-rempah langsung dari sumbernya, yaitu maluku. (mereka
mengenalnya dengan India). Sambil mencari mereka juga berdagang dan berperang.
Keserakahan eropa membuat mereka menciptakan koloni-koloni (jajahan) di Timur.
Inilah kolonialisme. Mula-mula di Asia terus meluas ke benua lain. Mereka punya
slogan : gold (kekayaan), glory (kejayaan) dan gospel (penyebaran agama).
Seenaknya mereka mengkapling wilayah2, seolah mendapat mandat dari Tuhan untuk
membuat beradab bangsa Timur. Akhirnya "nafsu" ini berkembang menjadi
Imperialisme. Nafsu menjajah dan mnguras sumber alam bangsa jajahan.
Dengan modal sumber daya alam yang melimpah dari negri jajahan, maka di eropa
muncul kelas menengah baru yaitu pemilik modal. Para pemilik modal/kapital ini
pada abad selanjutnya memunculkan paham baru "kapitalisme." Paham ini
mengajarkan bahwa kapitallah yang bisa merubah dunia.
Ide kapitalisme masuk ke Indonesia melalui Belanda yang waktu itu mulai membuka
perkebunan2 di Jawa dan Sumatra untuk kepentingan penanaman modal investor
swasta eropa (belanda) Merkantilisme adalah zaman perdagangan. Tahun 1454
Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani. Sebagai penguasa konstantinopel
otomatis Turki mengontrol jalur perdagangan di laut tengah. Turki melakukan
blokade perdagangan di laut tengah sehingga orang eropa kristen tidak bisa
mendapat bahan dagangan (terutama rempah-rempah) yang berasal dari maluku.
Perdagangan di laut tengah dikuasai oleh orang muslim.
Akibatnya orang-orang Eropa mengirimkan ekspedisi/penjelajahan samudra untuk
membeli rempah-rempah langsung dari sumbernya, yaitu maluku. (mereka
mengenalnya dengan India). Sambil mencari mereka juga berdagang dan berperang.
Keserakahan eropa membuat mereka menciptakan koloni-koloni (jajahan) di Timur.
Inilah kolonialisme. Mula-mula di Asia terus meluas ke benua lain. Mereka punya
slogan : gold (kekayaan), glory (kejayaan) dan gospel (penyebaran agama).
Seenaknya mereka mengkapling wilayah2, seolah mendapat mandat dari Tuhan untuk
membuat beradab bangsa Timur. Akhirnya "nafsu" ini berkembang menjadi
Imperialisme. Nafsu menjajah dan mnguras sumber alam bangsa jajahan.
Dengan modal sumber daya alam yang melimpah dari negri jajahan, maka di eropa
muncul kelas menengah baru yaitu pemilik modal. Para pemilik modal/kapital ini
pada abad selanjutnya memunculkan paham baru "kapitalisme." Paham ini
mengajarkan bahwa kapitallah yang bisa merubah dunia.
Ide kapitalisme masuk ke Indonesia melalui Belanda yang waktu itu mulai membuka
perkebunan2 di Jawa dan Sumatra untuk kepentingan penanaman modal investor
swasta eropa (belanda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar