Selasa, 03 Juni 2014

DELAPAN JAM BERJIBAKU UNTUK SMAN 1 PARADO


Oleh Marlita Putri Ekasari *

Hari Rabu ini, tanggal 29 Februari 2012 menjadi hari yang menegangkan. Bukan karena detik-detik akhir bulan februari 2012 tetapi kepastian SMAN 1 Parado  sebagai sekolah pendaftar beasiswa bidik misi ditentukan hari ini.
Aku yang sedang turun dari bemo tiba-tiba dijemput oleh Wakasek bagian kurikulum SMAN 1 Parado ,Pak Yusuf, untuk membantunya di PKBM. Aku sendiri yang sedang turun dari bemo, meng-iya kan dengan raut wajah bingung dan meminta ijin untuk sholat ashar terlebih dahulu karena sudah masuk waktu sholat. Pak Yusuf pun akhirnya menunggu. Setelah selesai sholat, beliau menjelaskan sedikit mengenai kesulitan yang dihadapinya, SMAN 1 Parado belum sukses mendaftar online. Aku bersedia berangkat setelah berpamitan dengan Ama dan Ina ku.
Sekitar 10 menit, aku dibonceng dengan motor menuju PKBM. Sesampainya disana, Pak Abdillah, Mas Daus, Mas Jufrin yang merupakan pengurus PKBM menyambut kami. Ternyata mereka (padahal jarang mereka bisa lengkap seperti ini) menemani Pak Yusuf untuk memasukkan data. Mereka duduk mengelilingi meja yang sudah rusuh dengan kertas-kertas dan asbak penuh puntung rokok. Baru kutahu, Pak Yusuf sudah mencoba memasukkan data secara online sejak jam 14.00 WITA dan berkali-kali gagal. Bahkan beliau sudah 3 kali ke rumahku untuk bertanya sedangkan aku tidak ada di rumah (Aku pergi ke Tente untuk mengirim laporan,di Parado,kadang tidak stabil sinyalnya). Sampailah aku di PKBM, diculik sebentar (daripada bolak-balik, katanya). Untungnya internet sore ini di PKBM cukup stabil, walaupun sempat saat jam 18.00, jendela internetnya hanya bisa dibuka dua. Aku yang juga perlu solusi menghubungi Kabid Kurikulum Dikmen Dikpora Kab Bima untuk membantu. Beliau mengatakan harus berhubungan dengan operator Dikpora Kabupaten yang belum diketahui nomor kontaknya dan saat itu di luar jam kerja. Beliau memintaku untuk ke kantor besok membawa formulir tetapi hal itu tidak bisa dilakukan karena dateline hari ini.
 Saat itu, kepanikanku beserta bapak-bapak itu memuncak karena kami belum berhasil dan mendapati kenyataan bahwa pendaftaran ditutup pukul 22.00 WIB (23.00 WITA) yaitu 5 jam lagi. Kami akhirnya memutuskan untuk sholat maghrib berjamaah untuk menyerahkan segalanya ke Allah. Allah membukakan jalannya lewat divisi Bidik Misi di Indonesia Mengajar. Kami berkomunikasi intens untuk membantu SMAN 1 Parado menembus barikade padatnya sistem online. Jendela Bidik Misi di Internet selalu error ketika memasukkan NPSN. Jam 21.00 WITA, akhirnya, kami berhasil masuk. Kami sempat bersorak gembira sebentar, tetapi senyum kami layu saat masih diperlukan lagi syarat memasukkan data tambahan seperti data nilai UN 3 tahun terakhir, form F yang harus ditandatangani kepala sekolah dan dicap sekolah, serta prestasi sekolah 3 tahun terakhir, harus dipersiapkan 2 jam lagi.  Setiap detik menjadi sangat berharga.
Kami tidak ingin menyerah. Pak Yusuf menemui Kepala Sekolah di rumahnya untuk meminta data UN, prestasi sekolah dan menyerahkan Form F di malam itu juga. Kami hanya punya waktu 1 jam lagi untuk menyelesaikan tugas ini. Aku yang notabene perempuan tidak ingin menyerah walau jam malamku sudah lewat. Masyarakat disini menganggap perempuan setelah maghrib harus berada di rumah jika bepergian pun harus bersama dengan teman perempuan lain. Tapi satu jam ini sangat berharga. Dan Pak Abdillah akhirnya membawa istrinya ke PKBM untuk menemaniku. Alhamdulilah ...Aku tetap duduk di depan komputer menunggu pak Yusuf..semoga saja lancar..
Pak Yusuf akhirnya datang dengan senyum lebarnya membawa form F yang sudah ditandatangani dan dicap, beserta data UN yang lengkap. Kami men-scan form F untuk di upload. Untungnya PKBM punya printer yang sekaligus bisa scan. Kami akhirnya berhasil memasukkan data dan selesai 10 menit sebelum jam 23.00 WITA. Kami mengecek ulang apakah benar-benar sudah berhasil. Kami belum berani meninggalkan komputer sampai nama SMAN 1 Parado masuk dalam SMA pendaftar beasiswa Bidik Misi. Dan tepat pukul 23.00, setelah kami yakin, nama SMAN 1 Parado ada di daftar itu, kami akhirnya mengucapkan syukur yang tak terkira. Aku bahkan tak henti-henti mengucapkan terima kasih atas kesabaran mereka, keyakinan mereka, kepercayaan mereka dan kesungguhan mereka hingga detik-detik terakhir. Pak Yusuf pun memintaku menyampaikan rasa terima kasih kepada divisi Bidik Misi Indonesia Mengajar.                  
Sejauh ini, perjuangan kami berhasil.. Tetapi, masih ada tahap lain yang harus dilewati. Semoga ada anak-anak Parado yang lolos dan memperoleh pendidikan tinggi lebih baik. Sekarang ada 2 anak SMAN 1 Parado yang mendaftarkan diri. Sekolah tetap berjuang walaupun mereka merasa pesimis akan lolos. Aku hanya bisa membantu dengan memberi motivasi anak-anak itu dengan memberi waktu mereka bertanya di hari Rabu sore.  
Delapan jam itu membuatku lebih optimis, bahwa masih ada orang-orang yang mendambakan pendidikan lebih baik walaupun dihambat oleh ganjalan akses informasi dan distribusi yang tidak seimbang antara kota dan daerah ini..
Ya Allah... untuk setahun ini, jadikan aku, orang yang bermanfaat semoga cukup bisa menggeser sedikit ganjalan informasi dan memperpendek jarak itu bagi pendidikan mereka...
Amiin ..
*Apoteker lulusan Universitas Gadjah Mada (2010)  bidang Farmasi klinik dan komunitas ini akrab disapa Lita. Semasa kuliah, dia mendapat beasiswa dari Tanoto Foundation (2006-2010) dan aktif dalam dunia kerelawanan medis. Dia bergabung dengan beberapa lembaga nonpemerintah seperti BSMI dan SHEEP Indonesia. Dia juga pernah terlibat dalam kegiatan Rumah Zakat Indonesia bekerja sama dengan Indosat juga Zaid UEA dalam beberapa projek terpisah. Projek tersebut di antaranya emergency response and rehabilitation programs saat dan pascabencana alam seperti saat bencana gempa Padang, Sumatera Barat, Gempa Yogyakarta, serta meletusnya Gunung Merapi.
Lita pernah mendapatkan beberapa prestasi ketika menjadi mahasiswa seperti finalis Pimfi di ITB dan dipercaya sebagai Ketua Kelompok Studi Profetik Fakultas Farmasi UGM yang bergerak dalam keamanan (kehalalan) obat, makanan dan kosmetik (2007-2008). Sebagai lulusan Farmasi, Marlita pernah bekerja sebagai apoteker pendamping Ramadhan Medical Centre setelah sebelumnya memiliki pengalaman sebagai asisten apoteker di RS Muhammadiyah Yogyakarta. Dia juga pernah ditunjuk sebagai asisten laboratorium Farmasetika Dasar dan Perbekalan Steril Fakultas Farmasi UGM serta penulis lepas untuk buku Farmakoterapi Sistem Syaraf Pusat bersama Prof Zulies Ikawati dan Woro Hardjaningsih.
Sebagai Pengajar Muda (PM) yang ditempatkan di SDN Paradowane Kabupaten Bima, Lita mengajar Matematika dan Bahasa Inggris. Dia menginisiasi tiga ekstrakurikuler baru (Duta Baca, Duta Kebersihan dan English on The Road) dan 4 kegiatan advokasi pendidikan bersama 8 PM Bima di Kota dan Kabupaten Bima. Seluruh aktivitasnya selama menjadi Pengajar Muda menjadi tantangan dan pengalaman ‘pay it forward’ yang luar biasa bagi Lita. *