Kamis, 29 Desember 2011

MUHAMMAD DALAM KATA SINGKATAN KITAB SUCI

MISTIK DARI KITAB SUCI HINDU.
Om -Matahari yang bersinar di bumi.
Ada dua macam cara yang kuno dan otentik dalam menuliskan "Om"; satu adalah lambang bulan dan bintang yang melingkari M, dan yang lainnya, "Om" diletakkan dalam matahari, yang berarti untuk menunjukkan bahwa itu adalah matahari ruhani; dan, jikalau matahari lahiriah itu adalah sejumlah gas yang sangat berbahaya, maka matahari ruhani adalah manifestasi keluhuran dari cahaya spiritual serta rahmat samawi. Karena itu, Upanishad menyebut itu inti-sari dari Sama Weda; karena, dewa dari Sama Weda itu adalah matahari, sebagaimana Agni adalah dewa dari Rig Weda, dan Bayu dari Yajur. Kata singkatan mistik ini juga disebut Hiranya garba, yakni, telur emas atau matahari. Jelaslah bahwa Krishna Chandra dan Ram Chandra itu semua adalah bulan, tetapi M adalah matahari dan matahari semacam itu tidak terbatas baik di Timur maupun di Barat, melainkan menyinari seluruh bumi. 'M' adalah matahari dari dunia agama dan juga memberikan bimbingan bagi kemajuan lahiriah di dunia. Dia tidak menunjukkan keadaan pantang kawin atau brahmacharya, ataupun penolakan dan pengasingan dari dunia. Nabi-nabi sebelumnya tak pelak lagi adalah matahari dan rembulan dari kaumnya masing-masing, tetapi yang satu ini yakni Nabi dari abad pemikiran serta ilmu pengetahuan; dan karena itu, tidak ada gelapnya di segala penjuru. Allah Yang Maha-tinggi telah berfirman mengenai beliau dalam al-Quran: "Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai Saksi, dan pengemban kabar baik, dan sebagai juru ingat. Dan sebagai orang yang mengajak kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai matahari yang menerangi" (Al-Quran 33:45-46). Nabi di sini dikatakan pertama sebagai pembawa kesaksian atas kemanusiaan yang hilang, yang telah kehilangan semua ide tentang kesadaran Ilahi, yakni bahwa ada Tuhan Yang-esa. Lebih dari itu beliau adalah pembawa kabar baik bagi manusia bahwa Tuhan masih tetap ingat kepada manusia dan setelah keadaan gelap-gulita Dia telah mengirim Nabi-Nya sebagai matahari ketulusan. Bintang-beintang berkelip di angkasa memberi kabar gembira ke dunia akan munculnya matahari. Mereka mengumumkan dari jauh bahwa 'O' 'M' adalah Muhammad; serta bulan dan bintang yang tergambar di dalamnya menunjukkan bahwa mata dunia (matahari) adalah 'O' 'M' "Muhammad itu"(9), yang kedatangannya menyingkirkan segala macam kegelapan agama dari dunia. Terlebih lagi, Upanishad selanjutnya mengatakan bahwa refleksi mendalam atas "OM" mengajarkan pelajaran unggul tentang Keesaan, (ekagrata). Sudah menjadi pengetahuan umum saat ini, bahwa Keesaan Ilahi dan kesatuan kemanusiaan, adalah intisari dan gambaran unik dari agama Muhammad, di mana tak ada superioritas dari Bani Israil, ataupun ada pembedaan antara kasta Brahmana, Ksatrya, Waisya dan Sudra, ataupun antara yang berkulit putih dan hitam, timur atau barat, Arya atau non-Arya; sehingga taka ada masalah kasta, tetapi "semua warga ras umat manusia adalah Bani Adam, dan Adam serta keturunannya semuanya diciptakan dari tanah". Suatu sabda yang terkenal dari Nabi Muhammad: Kulluhum banu Adam wa Adamu min turabin. Semua mereka adalah keturunan Adam dan Adam berasal dari tanah.(10). Keunggulan dan kebesaran tidak terletak pada apakah dia orang Arab atau bukan, tetapi dari perbuatan baik serta mulia dari seseorang (Q.S.49:13), dan tidak karena asal­usul kelahirannya. Dengan ekagrata berarti menjadi Tuhan, yakni bahwa seseorang harus berfikir bahwa dengan meditasi terus­menerus atas "Om" dia menjadi Tuhan, lalu, betapa banyak orang, berkat sarana rumus ini telah menjadi tuhan di bumi, dan telah diselamatkan dari kematian. Tetapi ini hanyalah angan­angan kosong dari seseorang yang kacau dan sakit otaknya. Tulis Prof.Max Muller, pakar Sanskerta modern : "Meditasi atas kata singkatan "Om" adalah suatu pengulang-ulangan terus-menerus yang lama atas silabus itu dengan suatu pandangan untuk menarik fikiran itu tersingkir dari semua subyek lainnya dan karenanya memusatkannya atas obyek atau pemikiran yang lebih tinggi, yang mana silabus itu dibuat sebagai lambang. Pemusatan fikiran dan perhatian kepada Ekagrata atau satu yang ditunjuk, sebagaimana yang disebut oleh agama Hindu, bagi kita adalah sesuatu yang tak dikenal. Fikiran kita adalah seperti kaleidoskop pemikiran yang bergerak konstan; dan menutup mata atas segala hal lain, dengan hanya memikirkan satu hal saja, bagi kita merupakan hal yang paling mustahil seperti halnya menikmati nada-nada musik tanpa harmoni"(11).
Konsepsi Islam mengenai pengalaman mistik.
Ekagrata (Suatu istilah dalam Kitab Suci Hindu) berarti rekonsiliasi dan harmoni lengkap antara manusia dengan Tuhan, dimana manusia berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan menjadi satu dengan-Nya, serta seluruh anggota badannya, lidah, mata dan telinga, tangan dan kaki serta fikiran bertindak sesuai dengan kehendak serta ridla Tuhan Yang Maha­tinggi dan tidak melakukan perbuatan dosa serta zalim. Suatu model sempurna dari keadaan yang luhur serta mulia ini yalah Nabi Suci Muhammad, yang telah dibenarkan oleh isterinya yang hidup bersamanya siang dan malam. Ketika ditanya bagaimana akhlak dan kebiasaan Nabi itu, dalam satu kalimat pendek, dia menjawab: "Akhlak dan kebiasaannya itu persis sama dengan apa yang telah difirmankan Allah Ta'ala dalam al-Quran". Dan inilah apa yang dinamakan Ekagrata, yakni, seorang yang bersatu dengan Dzat Ilahi. Konsep Islam tentang pengalaman mistik ini berdasarkan atas dua keyakinan pokok, yang didapatkan dalam al-Quran. Pertama bahwa Tuhan itu bersemayam di setiap hati manusia sebagai Yang Berwenang dan Pemelihara makhluk-Nya. Bersemayamnya Tuhan didalam dia ini hadir secara bebas dari jangkauan atau keyakinan seseorang atasnya. Tetapi dengan keyakinannya atas pengenalannya terhadap Tuhan sebagai Dzat Yang Maha-kuasa sebagai obyek pujaannya, dan tentang kecintaan serta pengabdiannya, serta tingkat pengenalan dan pengabdian ini yang timbul berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya. Dalam bentuk yang paling intens yakni dalam mistik, hal ini menimbulkan suatu pengetahuan yang intim, pribadi serta langsung dari kesadaran atas persatuan dengan Tuhan. Para mistik tiba pada kontemplasi ini, tidak dengan tindakan penalaran atau pengkhayalan intelektual, melainkan dengan amalan tertinggi dari intuisi, dimana dia mencapai keadaan ruhani yang paling luhur yang bisa dimungkinkan di dunia ini. Keyakinan kedua adalah bahwa Tuhan itu bukan ciptaan manusia, tetapi tidak saja Dia yang menjadi sebab dan pemelihara dia, melainkan juga tujuan akhirnya, dan ini bukan dalam pengertian negatif sebagai terminal tetapi sebagai pemenuhan dan penyempurnaan dari sifatnya. Pengalaman mistik ini yang terakhir namun tetap tahap yang belum selesai dari pendambaan manusia akan Tuhan bagi dirinya dan bagi persatuan dengan-Nya yang dimulai di dunia ini dan yang akan membentuk suatu kebahagiaan abadi untuk mana dia diciptakan. Hendaknya dicatat bahwa konsepsi ini, jauh dari menerapkan ketiadaan dari pribadi manusia karena diserap total di dalam Tuhan, melainkan menekankan persatuan sempurna dengan Tuhan, yakni dengan menggunakan tulisan para mistik yang mengalaminya bahwa melihat, menyentuh atau mengalami bertemu Tuhan tidaklah menerapkan sesuatu kepada suatu karakter fisik yang bisa dilihat, karena pengalaman tersebut benar-benar murni spiritual. Ini adalah suatu cara, di atas segalanya, yang berujung kepada "Pertemuan antara Kekasih".
'Om' bukanlah nama Tuhan
. Bahkan bila telah disajikan bahwa akar kata darimana "Om" itu berasal, adalah 'av' yang berarti pelindung atau pemelihara, tetaplah tak perlu bahwa ini dikira sebagai nama Tuhan; karena Krishna telah berkata dalam Bhagawad Gita (9:17) : "Aku membuat semuanya bersih, Akulah "Om", Akulah pengetahuan mutlak, Aku juga Weda, Sam, Rig dan Yajush". Jika 'Om' itu adalah nama pribadi Tuhan, pastilah di suatu tempat dia didefinisikan sebagai suatu obyek dengan rincian asma-Nya, tetapi ini tak terdapat di manapun dalam ke empat Weda. Bukannya menggunakan bentuk tunggal untuk 'Om', penggunaannya di dalam Weda adalah bentuk dua atau jamak (12). Begitulah disebutkan dalam Yajur Weda: "Semua pelindung dalam bahagia yang sangat" Yajur Weda 7:33, 33:80;(Dayananda bhashya, halaman 213). Ye Vishvadevas (semua dewa) yang melindungi"(Rig Weda 1:3:7; Nirukta 12:40). Dari sini kita bisa beralasan bahwa 'Om' berarti pelindung tetapi ini juga jelas bahwa ini adalah kata benda biasa. Pentingnya adalah ketika seorang pelindung yang diharapkan akan muncul, yang akan meyakini semua utusan Tuhan dan membenarkan ajaran mereka serta mengumumkan kesucian dan kesalehan mereka serta kesalahan mereka yang telah dilemparkan oleh para pengikutnya sendiri. Tidaklah cukup menyatakan: Bahwa Akulah 'Om'; atau 'Akulah Omega'. Akal sehat diperlukan untuk membuktikan pengakuan ini. Bangsa-bangsa dan pelbagai agama dipisahkan oleh tembok besar, lautan luas, dan perbukitan yang menakutkan, seluruh penghalang ini dibikin mulus hanya oleh rahmat yang dijanjikan yakni Muhammad -pengawal yang teguh dari keesaan Ilahi, persaudaraan para nabi serta kesatuan umat manusia. Seandainya misalnya seribu orang diseluruh dunia mengaku nabi, dan dari mereka ternyata 999 orang adalah nabi dan peramal palsu, maka dalam hal seorang yang selebihnya, sudah wajar, akan menjadi sangat diragukan. Tetapi bila salah satu dari mereka keluar untuk menegakkan dan membuktikan kebenaran dari seribu orang itu seluruhnya, dia pasti akan disebut pelindung atau penjaga kehormatan dan penghormatannya. Karena itu Nabi Suci Muhammad, Nabi yang besar, yang merupakan Juru-selamat kenabian dan kehormatan seluruh Nabi-nabi. Bebel, Injil, dan Kitab-kitab Suci kaum Hindu menisbahkan dongeng penuh dosa terhadap masing-masing nabinya dan Guru-guru Ketuhanannya sendiri; tetapi hanya Nabi Suci yang menyatakan dan mengajarkan tiada berdosanya semua nabi; dan karena itu beliau adalah Juru­selamat dan Pelindung ('Om') dari kehormatan para nabi seluruhnya. Seorang semacam itu haruslah Nabi yang Terakhir; dan karena alasan inilah maka bibir Wahyu Ilahi ditutuo dan disegel dengan kedatangan yang terpuji, yang dimuliakan M.
Atharwa Weda dan Muhammad
. Dalam "Kuntap Sukt" dari Atharwa Weda, Rishi yang Dijanjikan disebut dalam mantra sebagai 'M' yang besar dan agung. ("Esh rishye mamahe" bagi 'M' rishi yang agung ini". Atharwa Weda, 20:127:1, yang menunjukkan dan membuktikan bahwa M dari 'Om'. Dia disebut seorang Rishi, berarti di sini bahwa dia adalah seorang nabi atau utusan dari Tuhan Yang Maha-tinggi. Kuntap Sukta menyatakan: "Dia akan menjadi seorang yang mengendarai unta," ("Ushtra yasya pravahi"); kendaraannya yang adalah unta membuktikan karenanya bahwa beliau bukan seorang Resi India tetapi seorang pengendara unta dari gurun pasir Arabia; karena di India seorang Rishi, (sesuai dengan Hukum Manu) dilarang mengendarai seekor unta (Manu 5:8.18; 14:201).
Mistik 'Om' dalam agama Buddha
. Dalam semua sekte agama Buddha juga ada suatu kata singkatan mistik yang tertulis seperti dalam agama Hindu, dibikin bulat dan berputar pada suatu roda untuk sembahyang. Kaum Hindu, Kristen, Yahudi dan Muslim, semua mengulang-ulang nama Tuhan dengan tasbih, percaya bahwa hal itu menyingkirkan kesukaran serta mendatangkan berkah kebajikan. Kaum Buddhis memotong proses panjang ini dengan memindahkannya pada roda sembahyang yang membuat seribu putaran dalam satu dorongan, yakni bisa kita katakan, dalam jangka pendek, menghitung ulang seribu biji dari tasbih.Silabus mistik kaum Buddhis yakni Om manipadme hum, dengan sarana mana, mereka percaya, seseorang akan memperoleh segenap rahmat dan kesejahteraan dari dunia ini, atau tujuh perbendaharaan dari permata yang sangat berharga. Rangkaian pada huruf-huruf itu di kalangan kaum Buddhis dianggapnya berarti berlian dan permata, serta harta-kekayaan berupa emas dan perak, dengan mengabaikan fakta bahwa sudah diketahui oleh setiap orang bahwa seluruh perbendaharaan dunia ini akan pergi dan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan harta­kekayaan berupa budi pekerti yang luhur dan kenyamanan spiritual. Jika mereka itu punya nilai, betapa pun, dibandingkan dengan kedamaian spiritual serta mental dan kenyamanan di mata Mahatma Buddha, lantas mengapa beliau menyingkirinya dan lari ke hutan, pada saat perbendaharaan ini telah ada nyata di istana ayahandanya? Tetapi kebenaran masalahnya adalah bahwa tujuh permata ini adalah yang disebut Sapt ratnani dalam Weda, yakni tujuh mutiara ruhani suatu penyebutan yang akan kita rinci nanti. Betapa pun, rumus keyakinan kaum Buddhis adalah "Om mani padme hum" yang berarti, "Semua mengelu­elukan, engkau permata dan bunga teratai yang diberkahi". Dalam penghormatan kita kepada bentuk percakapan kiasan dan perumpamaan, segala sesuatu itu mempunyai cara untuk diekspresikan. Seperti halnya dalam bisnis dan perdagangan, ilmu pengobatan, perhubungan dan olahraga, mereka semua mempunyai istilah teknis dan frasa masing-masing, dengan cara yang sama, bunga, juga mempunyai frasanya sendiri.
Pujian kepada Muhammad dalam bahasa bunga
. Bunga-bungaan, kami katakan, mempunyai cara ekspresi mereka sendiri. Misalnya, bila temanmu memberikan sekuntum mawar yang ada daunnya tanpa duri, ini berarti bahwa pertemananmu diterima. dan engkau dijamin tak perlu khawatir atas hal ini. Dan bila bunga itu tanpa daun maupun duri, ini berarti berdiam diri, tidak jelas ya ataukah tidak. Tetapi bila sekuntum di antara dua putik yang belum mekar disajikan, ini menunjukkan bahwa cinta itu ada, tetapi, setidaknya pada saat ini, tetap tersembunyi dan tertutup. Memebri tanda ciuman pada bunga menunjukkan cintamu diterima, sedangkan dengan mematahkan dan membuang daunnya berarti ditolak. Bahasa dan leksikon dari bunga itu sungguh macam-macam. Di dalamnya, bila dedaunannya bicara tentang kemanisan dan kehangatan cinta, maka durinya menggumamkan bahasa perpisahan dan menyakitkan. Dalam keindahannya, setiap jenis bunga, daun, putik dan kuntumnya mempunyai satu bahasa masing-masing. Sekarang kita sampai pada arti pentingnya rumus keimanan kaum Buddhis, sebagaimana difahami penulis sekarang dengan mengacu pada leksikon bunga serta bahasa permata. Bunga teratai berarti mensucikan hati, serta memisahkan diri dari dosa. Baik putihnya maupun teratai yang di air menunjukkan penolakannya pada fikiran jahat dan keragu-raguan. Tetapi berlian menunjukkan moral yang tinggi dan permata berharga adalah ketinggian spiritual, yang bersinar semuanya dengan cemerlang di kegelapan kesusahan dan penderitaan. Arti 'Om' telah kami ceriterakan dalam halaman yang lalu. Setelah itu, bunga teratai menunjukkan kesucian hati dimana kejahatan dan fikiran yang sia-sia tak akan pernah bisa timbul; dan dalam teratai itu ada berlian, yang katanya berjumlah tujuh. Ini adalah tujuh bagian dari Quran Suci atau singkatnya tujuh ayat dari Surat al-Fatihah(Surat Pembukaan), dan ini adalah juga tujuh Sifat Mulia, yang disebut 'Sapt-maryadah' dalam Weda, yakni tujuh perbendaharaan yang mahal dan tujuh jalan emas kehidupan (Rig Weda 10:5.6; 5:1.5; 6:74.2). Dalam Weda dan Kitab Suci Buddha hal ini tidak dikaitkan dan dibicarakan secara rinci. Tetapi Tuhan Yang Mah-tinggi berfirman kepada Nabi-Nya: "Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau tujuh (ayat) yang selalu diulang, dan Quran yang agung" (Quran Suci 15:87). Ini, tak ragu lagi, adalah tujuh berlian dan permata yang dianugerahkan kepada hati suci Nabi oleh Tuhan Yang Maha­tinggi. Ini tidak ditaruh di roda sembahyang, melainkan dijadikan amal perbuatan dan praktek sehingga manusia dapat mencapai rahmat ruhani ini, begitu pula barang-barang yang baik di duinia ini, dan dikarunia persatuan dengan Tuhannya, yakni, dia mendapatkan "Brahma Loka" (Kedudukan spiritual nabi Ibrahim). Dalam silabus mistik kaum Buddhis "'Om' mani padme hum", Nabi Suci, yang huruf pertama dari namanya adalah M, disebut "rahmat" dengan alasan bahwa hatinya itu bersih dan suci, seperti bunga teratai, tidak hanya dari segala macam kerguan dan kekafiran serta fikiran jahat, melainkan juga karena ada tujuh permata spiritual di dalamnya. Setiap orang yang membaca dan melantunkan tujuh ayat dari Surat al-Fatihah, dan beramal sesuai dengan itu, akan menjadi pemilik dari permata yang tak ternilai itu. -------------------------------------------------------------------------------- 9. Sungguh aneh bahwa dengan mengulang-ulang 'O' 'M' sesungguhnya kaum Hindu mengumumkan bahwa "Inilah Muhammad" namun mereka tidak menyadarinya. 10. Suatu sabda nabi Muhammad yang terkenal: Kulluhum banu Adam wa adamu min turabin (Semua mereka adalah keturunan Adam sedangkan Adam itu dari tanah). (H.R. Tirmidhi dan Abu Dawud, Mishkat: Bab 223, al-Quran xlix:13). 11. Sacred Books of the East (Introduction to Upanishads Translation). 12. Rig Weda: pri ghransam omna vam avyo gat. (Setiap hari dengan kedua Om yang membantumu dengan persediaan makanan. 7:69.4.(Nirukat, 6.4). Omasah charshni vishve devas aa gat.( Seluruh dewa-dewimu yang memberikan Oms (perlindungan) Nirukt, 12:40. Yang serupa itu rujukan lainnya adalah: Omanam, 1:34.6; 1:118.7, 6:50.7, 1:3.7, Omvatim, 1:112.20; Omyavantam, 1:112.7.

Rabu, 21 Desember 2011

Pesan Untuk Para Suami

Bila ada surga di dunia itu adalah rumah tangga yang bahagia, rumah tangga yang penuh dengan rasa sakinah, mawaddah dan rahmah. Dan bila ada neraka di dunia itu adalah rumah tangga yang hancur, suami istri saling menyalahkan, curiga, tidak saling mencintai dan jauh dari rasa sakinah mawaddah dan rahmah. Dengan menikah Anda tidak saja mendapatkan seorang istri, tetapi Anda mendapatkan seluruh dunia. Sebagaimana kita ingat rasul bersabda bahwa sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri sholihah. Yang akan menjadikan rumah kita bak surga, baiti jannati. Sejak pernikahan sampai akhir hayat Anda, insya Allah, istri Anda akan menjadi mitra, patner dan sabahat terbaik. Dengan dialah, Anda berbagi berbagai kejadian, melewatkan hari dan tahun bersama. Dengannya lah Anda berbagi suka, duka, impian, harapan dan juga kecemasan. Ketika Anda sakit, dialah yang akan merawat, ketika Anda memerlukan pertolongan dia akan mengupayakan semua yang dia bisa lakukan bagi anda. Ketika Anda berbagi rahasia padanya, dia akan menjaga rahasia itu dengan amanah; ketika Anda perlu nasehat, dia akan memberikan nasehat yang terbaik. Dan dia akan selalu bersama anda. Ketika terbangun di pagi hari, yang pertama mata Anda lihat adalah dia. Dia akan selalu bersama anda, dan jika pada suatu waktu dia tidak ada di sisi anda, maka secara emosi dia ada bersama anda. Dia memikirkan, berdoa untuk kebaikan anda dengan sepenuh hati, dan Anda ada dalam pikiran, doa dan hatinya. Ketika Anda tidur di malam hari, terakhir yang Anda lihat adalah dia; dan ketika Anda bermimpi, anda akan melihatnya dalam mimpi anda. Anda lah dunianya dan dialah dunia anda. Hubungan antara seorang suami istri merupakan hubungan yang sangat penuh dengan hal yang mengagumkan. Tidak mudah digambarkan dengan kata-kata, betapa rasa cinta, kasih sayang, keintiman, kedamaian serta kesejukan yang ada mengisi hati kedua pasangan manusia. Penjelasan rasional adalah bahwa semua inilah anugerah dari Allah, dan semua itulah kehendak Allah. Dengan semua kuasa dan kehendakNya, Dialah yang menciptakan dan membuat perasaan ini hadir di hati pasangan suami istri. Allah mengingatkan kepada manusia yang mencari keberadaanNya bahwa salah satu tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menjadikan rasa kasih dan sayang. Allah berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (QS. 30:21) Tetapi hati manusia bukanlah sesuatu yang statis, tetapi sangat dinamis. Perasaan dapat berubah setiap waktu. Dan cinta pun dapat terbang dan hilang. Ikatan pernikahan pun bisa menjadi lemah bila tidak dijaga dengan baik dan kebahagian di dalam rumah tangga pun tidak bisa dijamin akan berlangsung terus. Perlu usaha dari kedua belah pihak suami istri untuk saling menjaga keberlangsungan cinta dan kasih mereka. Ibarat sebuah pohon, tanahnya perlu dirawat, dijaga dan dipupuk. Oleh karenanya, inilah sedikit pesan bagi Anda para suami; Di dunia kita, kita hidup di kehidupan yang sibuk dan melelahkan di kelilingi oleh berbagai macam schedule dan deadline. Bagi pasangan, ini artinya kemungkinan Anda tidak bisa meluangkan waktu bersama-sama dan berada sendiri di tengah-tengah kesibukan kerja dan komitmen tugas. Anda jangan membiarkan hal ini terjadi terus menerus. Cobalah sesekali Anda luangkan waktu untuk melakukan kegiatan secara periodik dengan istri Anda. Ingat rasul juga pernah meluangkan waktunya untuk berlomba lari dengan Aisyah r.a. Keluar dengan istri sesering mungkin, lakukan aktivitas bersama, mengunjungi teman bersama, piknik bersama atau sekedar berbelanja di mall bersama. Selalu jaga romantika dalam hubungan Anda. Kehidupan modern hampir mengubah kita menjadi robot atau mesin teknologi tinggi tanpa emosi. Menunjukkan emosi dan perasaan yang Anda rasakan perlu untuk menjaga ikatan pernikahan terhindarkan dari berkarat, peluruhan. Sebagaimana rasul bersabda untuk menunjukkan rasa kasih dan sayang pada saudara yang kita cintai, "Katakanlah kepadanya kalau engkau mencintai saudaramu," sebuah hadist untuk menunjukkan cinta kepada teman karena ikatan ukhuwah. Terlebih lagi bila istri kita yang terikat dengan ikatan suci pernikahan, nyatakanlah. Jangan meremehkan hal-hal penting yang terlihat kecil, seperti membawakan belanjaannya, memijit bahunya atau membukakan pintu mobil dan sebagainya. Ingatlah bahwa rasul pernah menyediakan kakinya untuk membantu istrinya naik ke atas unta. Usahakanlah untuk menyediakan waktu sholat berjamaah dengan istri. Memperkuat hubungan Anda dengan Allah merupakan jaminan terbaik agar pernikahan Anda akan selalu terjaga kuat. Merasakan kedekatan dan kedamaain dalam hubungan Anda dengan Allah akan terimplikasikan dalam hubungan Anda dengan istri di rumah. Ingatlah bagaimana rasul memberikan apresiasi yang sangat besar bagi pasangan yang bangun malam hari untuk sholat layl (sholat malam/tahajjud) bersama atau seorang istri/suami yang membangunkan pasangannya untuk sholat layl sekalipun dengan memercikkan air di muka pasangannya. Lakukan usaha terbaikmu untuk menjadi terbaik bagi istri dengan kata-kata dan dengan perbuatan. Bicaralah padanya dengan baik, senyum padanya, minta nasehatnya, mintalah pendapatnya, dan luangkan waktu yang berkualitas dengannya dan selalu ingat bahwa rasul bersabda "Yang terbaik diantara kamu adalah terbaik memperlakukan istrinya". Adalah hal biasa yang terjadi dimana pasangan berjanji untuk mencintai dan menghormati istri/suaminya sampai maut memisahkan mereka. Saya percaya bahwa janji ini adalah baik dan sangat baik. Tetapi hal ini tidak cukup. Anda harus mencintai apa yang dicintai istri Anda. Keluarganya, dan hal-hal yang dia cintai harus menjadi kecintaan Anda pula. Tidak cukup pula mencintainya sampai maut memisahkan. Cinta tidak boleh mati dan kita percaya bahwa ada kehidupan akhirat, kehidupan setelah mati. Dan insya Allah, akan dipertemukan kelak di akhirat. Sebagaimana rasul mencintai Khadijah istrinya yang telah menemani beliau selama 25 tahun, beliau terus menerus mencintai khadijah dan mengingatnya. Setelah kematian khadijah beberapa tahun berselang, rasulullah tidak pernah melupakannya bahkan sanak kerabat dan teman khadijah beliau utamakan yang terkadang membuat Aisyah cemburu. Cintailah istri Anda, dan apa yang dicintainya. Cintailah ia tidak hanya sampai maut memisahkan tetapi sampai Anda dikumpulkan bersama kelak di akhirat, insya Allah. Semoga nasehat atau ajakan ini dapat menambah kecintaan Anda dan kecintaan istri Anda

Selasa, 20 Desember 2011

STRES DALAM ORGANISASI

Stres merupakan suatu kondisi dimana seseorang dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (contraints), atau tuntutan (demands), yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannyan dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Pemaknaan dari stres yang lain merupakan keadaan yang timbul dari kapasitas tuntutan yang tidak seimbang, baik nyata maupun dirasakan dalam tindakan penyesuaian organ. Stres merupakan kondisi dimana manusia mengalami banyak tuntutan keinginan. Setiap individu pasti akan mengalami dan pasti akan mengalami stres. Hal ini terjadi karena karakter pribadi dan kondisi lingkungan setiap individu. Misalnya saja, karakter individu yang introvert lebih mudah mengalami stress dibandingkan dengan karakter individu yang ekstrovet. Kondisi lingkunangan keluarga yang tidak harmonis juga cenderung membuat individu di dalamnya mudah mengalami stress. Ini merupakan contoh kecil bahwa pada dasarnya stress merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari dan pasti akan terjadi pada semua individu. Stres tidak selalu bersifat negatif tetapi juga bersifat positif. Walaupun lazimnya stress diartikan dan dibahas dalam kopnteks negative. Stres ini juga dapat terjadi dalam organisasi, karena individu dalam organisasi tidak menutup kemungkinan terjadi pula dalam individu dalam organisasi. Stres dalam organisasi dapat mengakibatkan banyak hal negatif, antara lain adalah kinerja yang buruk, produktivitas kerja yang rendah, less satisfaction dan tingkat absence yang tinggi. Mengingat banyaknya akses negatif yang timbul dari stress ini maka perlu kiranya organisasi menyikapi stress ini dengan serius dan mencoba mencari solusi terbaik dari kondisi ini. Sehingga stress tidak hanya membuat organisasi tidak produktif, tetapi bangaimana menciptakan dan mengolah stress sehingga individu justru dapat lebih produktif.
Pengertian Stres
Stres pertama kali dikemukan secara ilmiah oleh Dr. Hans Selye, seorang peneliti dari Universitas Montreal dan meletakkan dasar bagi sebagian besar pemikiran dan riset di bidang stres sehingga beliau disebut sebagai The Father of Stress. Riset tentang stres banyak dilakukan pada dekade ini sehingga berbagai definisi tentang stres banyak diajukan oleh banyak ahli. Mengenai hal ini Ivancevich dan Metteson (1980) menyatakan bahwa stres melibatkan interaksi orgnisasi dengan lingkungannya.Dalam kasus kita, maka organisme ini adalah manusia dan lingkungan adalah baik berupa ciri-ciri fisik lingkungan (misalnya panas, kegaduhan, polusi) ataupun organisme-organisme lain dalam lingkungan. Selanjutnya Gibson (1996:339) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan penyesuaian, diperantai oleh perbedaan-perbedaan individu dan/atau proses psikologis, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang. Robbins (1996: 222) mendifinisikan bahwa stres merupakan kondisi dinamis dimana seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints), atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Berdasarkan uraian definisi di atas maka stres menyangkut keadaan psikogis individu yang diakibatkan sebagai konsekuensi respon individu terhadap lingkungan dan peristiwa yang dialaminya yang berakibat pada fisik dan psikologis individu.
Penyebab dan Sumber Stres
Penyebab stres yang akan kami kemukakan disini lebih banyak menyangkut penyebab stres di dalam organisasi. Secara umum penyebab stres dapat dikelompokkan menjadi (Gibson, 1996: 344-351) a.Stressor Lingkungan Fisik Stressor Lingkungan Fisik sering disebut Stressor Kerah Biru (Blue Collar Stressors) karena mereka lebih merupakan masalah-masalah dalam pekerjaan kasar atau dengan kata lain penyebab dari stres ini berhubungan dengan lingkungan kerja fisik dan umum. b.Stressor Individual Penyebab stres individual adalah konflik peran dan kemenduaan atau ambiguitas peran. Faktor lainnya yang cukup berperan sebagai stressor individual ini adalah beban kerja yang berlebihan dan tidak adanya pengendalian atas suatu situasi. c.Stressor Kelompok Karektiristik kelompok mampu menjadi stressor yang kuat bagi beberapa individu. Hubungan yang jelek dan kepercayaan yang rendah, minat yang rendah dalam menanggapi dan mencoba menghadapi masalah yang dihadapi merupakan faktor penyebab stressor kelompok. d. Stressor Organisasional Penyebab timbulnya stress dalam organisasi antara lain adalah karena tingkat partisipasi anggota organisasi dalam pengambilan keputusan organisasi. Stressor lain adalah struktur organisasi karena stressor ini akan mengakibatkan less satisfaction yang akan berakibat pada kinerja organisasi yang buruk. Dari uraian di atas maka pada dasarnya stres bersumber dari beberapa hal: a.Factors intrinsic to the job (faktor-faktor yang melekat pada pekerjaan) b.Rule in the organization (peranan dalam organisasi) c.Relation within the organization (hubungan-hubungan dalam organisasi) d.Career development (perkembangan karir) e.Organization structure and climate (struktur dan iklim organisasi) f.Organizational interface with outside (hubungan organisasi dengan pihak luar) g.Factors intrinsic to individual (faktor yang berasal dari dalam diri individu) C.Akibat dan Tanda Stres Menurut Cox. T dalam bukunya Stress (Biltimore University Park Press) menyatakan bahwa stress diakibatkan sebagai berikut : a.Subyektif effects Anxiety, agression, apathy, boredom, depression, fatigue, frustation, guilt and shame, irritability, and bad temper, moodines, low self-esteem, threat and tension, nervousness, and loneliness. b.Behavioral effects Accident proneness, drug use, emotional outbrust, excessive eating or loss appetite, excessive drinking and smoking, excitability, impulsive behaviour, impaired speech, nervous laughter, restlessness, and trembling. c.Cognitives effects Inability to make decisions and concetrate, frequent forgetfulness, hypersensitivity to criticism, and mental blocks. d.Physiological effects Increased blood and urine catecholamines and corticosteroids, increased blood glucose levels, increased heart rate and blood pressure, dryness of mouth, sweating, dilations of pupils, difficulty in breathing, hot and cold spells, lump in throat, numbness and tingling in parts of limbs. e.Organizational effects Absenteeism, poor industrial relations and poor productivity, high accident and labour turn over rates, poor organizational climates, antagonism at work, and job dissatisfaction.
Faktor-faktor penyebab stres dalam organisasi
Faktor-faktor organisasional yang menajdi sumber atau mempengaruhi stres adalah sebagai berikut : Role ambiguity and role conflict (kekaburan peran dan konflik peran) Brief, et al (1980) menyatakan bahwa kekaburan peran merupakan kesejangan antara informasi yang dimiliki seseorang dengan yang dibutuhkannnya untuk dapat melaksanakan perannya yang tepat. Karenanya kekaburan peran adalah bersifat pembangkit stress, sebab dia menghalangi individu untuk melakukan tugasnya dan meyebabkan timbulnya perasaan tidak aman dan tidak menentu. Seseorang dapat dikatakan berada dalam kekaburan peran apabila dia menunjukkan ciri-ciri antara lain sebagai berikut : a.Tidak jelas apa tujuan peran yang dimainkkannya b.Tidak jelas kepada sipa ia bertanggung jawab dan siapa yang melapor kepadanya c.Tidak cukup wewenang untuk menjalankan tanggung jawabnya d.Tidak sepenuhnya mengerti apa yang diharapkan dari padanya e.Tidak memahami benar peranan dari pekerjaannya dalam rangka pencapaian tujuan secara keseluruhan. Di pihak lain konflik peran didefinisikan oleh Brief, et al (1980) sebagai ketidakcocokan anatar harapa-harapan yang berkaitan dengan suatu peran. Artinya konflik peran merupakan hasil dari ketidak konsistena harapa-harapan berbagai pihak atau persepsi adanya ketidakcocokan antara tuntutan peran dengan kebutuhan, nilai-nilai individu dan sebagainya. Sebagai akibatnya seseorang yang mengalami konflik peran akan berada dalam suasana terombang-ambing. Adapun ciri-ciri sesornag yang berada dalam konflik dalah sebagai berikut : a.Mengerjakan hal-hal yang tidak perlu b.Terjepit diantara dua atau lebih kepentingan yang berbeda c.Mnegerjakan sesuatu yang ditrerima opleh pihak yang satu tetapi tidak oleh yang lain d.Mnerima petintah yang bertentangan e.Menbgerjakan sesutau atau berhadapan dengan keadaan dimana saluran komansdo dalam organisasi tidak dipatuhi.
Work overload (kelebihan beban kerja)
Kelebihaan beban kerja oleh French and Caplan (1973) dibedakan dalam kuantitatif overload dan kualitatif overload. Manakala para pekerja merasa bahwa terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan serta beragamnya pekerjaan serta tidak cukup waktu yang tersedia waktu untuk menyelesaikan tugas yang dibebabankan maka keadaan ini disebut kelebihan beban kerja kuantitatif atau kuantitatif overload. Dilain pihak kelebihan beban kerja kualitatif atau kaualitatif overload terjadi manakala para pekeraja merasa bahwa mereka kuarang mampu menyelesaikan [pekerajaannya atau merasa, bahwa standaer pekerjaan adalah terlalu tinggi, terlepas darai jumlah waktu yang mereka miliki. Jadi, kelebihan beban kerja baik secara kualitatif maupun kuantitaif nmerupakan sumber stres yang penting, dan perlun diperhatikzan karena dapat ber[engaruhi negatif terhadap prestasi kerja pegawai dan pencapaian tujuan organisasi.
Responsibility for people (tangung jawab atas orang lain)
Di tinjau dari urusannya, maka tanggung jawab dapat dibedakan menjadi tanggung jawab tas ornag dan atas barang (peralatan uang dan sebagainya). Tanggung jawab atas orang ini seringkali dikaitkan dengan kedudukan seseorang sebagi pemim[pin, kepala tau manajer. Oleh karenanya semakin tingggi jabatan sesorang xdalam orghanisasi semakin besar pula tanggung jawab atas oarng. Penelityian tentang tanggung jawab atas orang ini telah dilakukan dan didokumentasikan misalnya oleh Wardell, et al (1964) yang menemukan bahwa tanggung hjawab atas ornag lebih berpeluang mengalami CHD (coronary heart dissease) dibandingakan tanggung jawab atas barang. Masalahnya meningkatnya tangung jawab atas oarng seringkali berarti bahwa seseorang akan memerlukan waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan orng lain, mengikuti rapat-raot, bekerja sendiri, dan sebagainya, amka mebutuhkan waktu untuk menepati deadline dan jadwal. Carier development (perkembangan karir) Ada dua kelompok utama yang merupakan sumber tress yang potensial dibidang ini, tyaitu : a. Kurangnya keamnan kerja, khawatir akan pensiun muda, takut tak terpakai lagi, ketinggalan jaman dan sebgainya b. Ketidak kecocokan status, promosi tyerlalu tinggi atau terlalu rendah, frusatai karena karir sudah mencapai puncak, dan sebaginya. Lack of group cohessiveness (kurangnya kohesi kelompok) Kohesi kelompomk adlah kedekatan diantar anggota dalam suatu kelompok. Untuk individu-individu tertentu, menjadi bagian dari suatu kelompok yang kohesif sanagt penting artinya sehingga banyak usaha yang dialkuakn untuk selalu menciptakan dan memelihara kohesi kelompok itu. Selanjutnya kohesi dalam kelompok dapat berpengaruhi positif atau negatif. Jika sifat kohesi itu tersebut merupakan ciri yang dianggap bernilai , maka ketiadaan kohesif akan mengakibatkan renadhnya semangat, rendahnya mutu penyelesauiana tugas dan sebaginya. Oleh karena itu dalam keadaan rtertentu diaman kohesi kelompok rendah maka hal itu dapat menjadi sumber stres yang potensial bagi pekerja. Inediquite group support (dukungan kelompok yang tidak memadai) Pengaruh dari stimuli stres dalam diri seseorang dapat berklurang jika ornag lain juga ikut berbagi rasa dalam menghadapi stres. Hal ini akan terbukti jika optimisme kakan keberhasilan kelompok cukup besar, para individu salaing mengenal, dan jika Kemungkinan jalan keluar dari stres juga nampak.Jadi dukungan kelompok itu menunjukkan pada keadaan diman terdapat perasaan senasib diantara para anggota kelompom yang mengalami stres. Schacter (1980) mengemukakan bahwa seseorang menmbutuhkan ormag lain untuk menilai reaksi-reaksi emosionalnya, dan ornga lain yang berasda dalam keadaan emosi yang sama akan dapat memberikan informasi tentang reaksi yang tepat atau sebaliknya. Dan bagi orng-orang tertentu jika dukungan kelompok itu rendah maka akan menimbulkan stres, dan sebnaliknya jika dukungan tinggi dapat mengurangi stres. Organizational structure and climates (struktur dan iklim organisasi) Pengaruh dari posisi seseorang dari organisasi menunjukkan bahawa daklam banyak penelitian ditemukan tinggi stres yang tinnggi dilaporakan oelh mereka tyang berada dalam hirarki yang kuarang memiliki ‘suara’ dan terbatas wewenagnya dalam mengendalikan pekerjaannya. Ini merupakan ciri umum daripada manajer tingkat menengha dan rendah, dan para pekrja tingkat operasional. Istilah iklim dalam karakteristik ini merupakan ciri atau karakter dari suatu organisasi, masalah-masalah seperti sedikit atau tiadanya partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, kurangnya rasa memiliki, kurangnya konsultasi yang efektif, komunikasi yang buruk, pembatasn perilaku yang ketat dan sebaginya dalah bagian dari iklim organisasi yang memjilki dampak negarif pada individi pkerejaan dan bersifat stresfull. Organizational teritory (wilayah dalam organisasi) Merupakan istilah untuk menggambarkan ruang atau arena dimana seseorang melakukan aktivitasnya. Arena ini adalah tempat diman seseorang bekerja dan berpikir. Dalam banyak penmelitian melaporkan bahwa ruang kerja dapat menjadi sumber stres bagi pekerja tertentu. Misalanya Frenc dan Caplan (1973) melakukan suatu studi mengenai dampak teritorial organisasi terhadp para insiyur yang bekerja di unit administratif, dan sebaliknya pada administrator yang bekerja di uint teknik dan menyimpulkan bahawa teritorial meru[pakan sumber stres yang cukup kuat. Mereka menemukan bahwa ornag-orang yang bekerja diwilyah yang asaing cenderung stres. Demikian halnya dengan tempat kerja di huni bersanma atau sendiri juga kan menimbulkan dampak berbeda terhadapp perasaan dan pengalamn seseorang. Nimran (1989) melaporkan bahawa temapat kerja yang dihuni bersama berkaitan denagn tinggginya kekaburan peran pegawai. Hal ini disebabkabn karena diadalam temapt kerja yang dihuni bersama selalu ada kemungkinan bahwa kegiatan seseorng terganggu oleh kegiatan oerng kllainh, dan tibulnya interaksi yang tak terhindarkan akan menyita perhatian seseorang dari perannya. Kemudioan, ornag tersebut akan tertimbun oleh sejumlah besar informasi, masalah, dan issue yang pada gilirannya nmembuat dia mengalami kesulitan untuk ememahami sepenuhnya, apa-apa yang diharpkan darinya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kekaburan peran dan merupakn indikator dari stres. Tasks characteristics (Karakteristik tugas) Karaklteristik tugas merupakan faktor organisasi yang lain yang merupakan sumber stres. Karakteristik rugas ini merupakan berebagi atribut yang melekat pada tugas pekerjaan dan dibutuhkan seseorang untuk melkasanakan pekrjaan itu. Dalam dbnanyak penelitian menunjukkan karakteristik tugas seringkali dikaitkan denmgan motivasi dan motivasi ketrja. Namun demikian bebrapa studi ada juga yang mengkaji motivasi, prestasi dan stres secar terintegrasi. Motivasi intrinsik bersumber dari atribut-atribut opekerjaan, seperti keragaman, otonomi, identitas tugas, keberartian tugas, dan umpan balik. Bial kesemua sumber instrinsik ini di pandnag penting oleh pekerja maka hal-hal tersebut dapoat menghasilkan keluaran perilaku positif dan bahkan mengurangi stres. Jadi, sevara tidak langsung jkarakteristik pekerjaan berhubungan dengan stres melalui motivasi dan prestasi. Leadership influence (pengaruh kepemimpinan) Pengaruh pemimpin dapat meberikan damapak tyang sangat berarti terhadap aktivitas kerja, iklim organisasi, dan kelompok. Hubungan antara pengaruh pemimpin dan stres Murphy (1976) melakukan studi yang mengkaji hubungan gaya kepemimpinan dengan stres dalam pekerjaan. Ia menemukan bahwa manakal pekerjaan dilakukan saat pekerja merasa cemas terhadp situasi perkerjaannya, orientasi tugas pemimpin berkorelasi positif dengan prestasi kerja bawahan, dan sebaliknya. Denagn kata lain dalam pekerjaan yang bersifat stresfull para karyawan bekerja lebih baik manakala pemimpinnya mempunyai tanggyuung jawab lebih besar dlam membrikan pengarahan. Dengan demikian pemimpin bisa berperan menjadi penguata atau penegendor stres bawahan dalam mengarahkan karyawannya. Dan bias dikatakan pula kepemimpinan dapat berpengaruh terhadap stres.
Gejala-gejala stres
Stres muncul dalam sejumlah cara. Misalnya, seorang indivisu yang mengalami tingkat stres yang tinggi dapat menderiya tekanan darah tinggi, tukak lambung, lekas marah, sulit membuat keputusan rutin, hilang selera makan, rawan kecelakaan dan yang serupa. Semua ini dapat dibagi dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku (Robbins, 1999:228-229) Gejala Fisiologis kebanyakan perhatian ini atas stres diarahkan pada gejala fisiologis. Ini terutama karena topik ini diteliti oleh spesialis dalam ilmu kesehatan dan medis. Taupatn antara stres dan gejala fisiologis tertentu tidaklah jelas. Ini dihubungkan dengan kerumitan dari gejala-gejala itu dan kesulitan secara obyektif mengukurnya. Tetapi yang lebih relevan adalah fakta bahwa gejala fisiologis mempunyai relevansi langsung pada perilaku dan sikap. Gejala Psikologis, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbu;kan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan. Memang ityulah efek psikologis yang paling sederhana dann paling jelas dari stres itu. Walaupun diperlukan banyak riset untuk memperjelas hubungan itu, bukti mengungkapkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang memberikan keragamanm, arati penting, iotonomi, umpan balik dan identitas tingkat rendah akan menciptakan stres dan mengurangi kepuasan. Gejala perilaku, gejalan stres dikaitkan dengan perilaku memncakup perubahan dalam produktivitas, absensinya, dan tingakat keluarnya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.
Bagaimanakah cara mengelola stress dalam organisasi
Langkah paling pertama dalam setiap program untuk mengelola stres agar tetap dalam batas-batas yang dapat diterima adalah pengakuan bahwa masalah tersebut ada. Hendaknya ini diingat bila kita membahas pendekatan individual terhadap organisasional dalam mengelola stres (Robbins, 1996:229-231) Pendekatan individual streategi individu yang terbuksti efektif menyangkut pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik, pelatihan pengenduran (relaksasai) dan perluasan jaringan hubungan sosial. Banyak orang tidak mengelola waktu dengan baik. Jadi suatu pemahaman dan pemanfaatan dari asas-asas pengelolaan waktu dapat membantu individu dalam mengatasi ketegangan yang diciptakan oleh tuntutann pekerjaan. Latihan fisik nonkompetitif seperti erobik, joging, renang, bersepeda merupakan bentuk penanganan tingklat stres yang berlebihan. Individu dapat melatih diri untuk melewati ketegangan melalui teknik pengenduran, seperti meditasi, hipnotis, dan umpan balik. Riset juga menunjukkan selain latihan fisik juga diperlukan hubungan-hubungan sosial, sehingga dukungan sosial tersebut dapat mengurangi kemngkinan bahwa stres kerja yang berat akan mengakibatkan hilangnya semangat kerja. Pendekatan organisasional. Beberapa fakor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang mungkin diinginkan oleh menejemen yakni peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan komunikasi organisasi. Berdasarkan sejumlah riset yang meluas, disimpulan bahwa individu-individu berkinerja dengan lebih baik bila mereka mempunyai tujuan yang spesifik dan menantang serta menerima umpan balik mengenai kemajuan mereka yang tepat ke arah tujuan. Penggunaan tujuan dapat mengurangi stres maupun memberikan motivasi, hal ini mengakibatkan kurangnya frustasi karyawan dan kedwiartian peran. Mendisain ulang pekerjaan untuk emmberi kepada karyawan lebih banyak tanggung jawab maka disain ulang pekerjaan yang tepat perlu juga disertai peningkatan spesialisasi. Individu lebih menyukai struktur dan rutin yang telah didisain ulang yang menyebabkan mengurangi keragaram keterampilan serta tingkat stres. Selanjutnya meningkatkan kominikasi organisasional perlu dipertimbangkan, yang artinya peningkatan keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan oleh manajer. Dan yang terakhir untuk mengelola stres ditawarkan program kesejahteraan yang didukung oleh organisasi. Program ini memfoluskan pada keseluruhan kondisi fisik dan mental karyawan tentu saja organisasi tidak melulu altruistik (mementingkan orang lain) artinya mereka juga mengharapkan adanya hubungan timbal balik antara manajer dan karyawan dalam program kesejahteraan ini. Secara singkat diantara langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengurangi stres di organisasi adalah sebagai berikut (Nimran, 1999: 100) a. Minta penjelasan atau klarifikasi yang bersifat dualisme yang bertentangan dengan atasan. b. Adanya pengaturan kembali atau restrukturisasi tugas dan peran. c. Bina dan tingkat komunikasi timbal balik yang baik diantara anggota organisasi. d. Adanya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab secara proporsional. e. Perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia yang bersifat integral. f. Melakukan pengaturan fasilitas fisik kerja yang memadai sehingga membuat kenyamanan bekerja. g. Melaksanakan program pendidikan dan latihan karyawan. h. Menjamin fleksibilitas dalam orientasi kepemimpinan. REKOMENDASI Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap masalah stres di atas, yang yang bersumber baik dari individu maupun organisasional maka hal yang dapat direkomendasikan dalam menghadapi masalah stres ini adalah: a. Stres bersumber dari diri individu dan organisasi, sehingga masalah stres seharusnya tidak diabaikan oleh organisasi. b. Stres dalam organisasi akan mempengaruhi aktivitas kerja seseorang sehingga harus perlu diperhatikan tentang perilaku pekerja dan prestasinya. c. Stressor merupakan peristiwa diluar (eksternal) yang berpotensi yang terjadi dalam lingkungan fisik dan pada individu, kelompok organisasi sehingga seharusnya hal ini harus diperhatikan oleh individu maupun organisasi. d. Bukti menunjukkan bahwa stres dapat berpengaruh positif atau negatif maka pengelolaan stres dapat diarahkan pada pengaruh yang positif. e. Kinerja yang menawarkan otonomi, umpan balik, dan pendelegasian wewenang dapat menemui tujuan individu serta organisasi maka hal ini dapat mengurangi kondisi stres. REFERENSI Gibson, James L, et al. 1996. Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses. Edisi ke-8 jilid I. Jakarta: Binarpa Aksara. Nimran, Umar. 1999. Perilaku Organisasi. Edisi Revisi. Surabaya: PT Citra Media Robbins, P. Stephen. 2001. Perilaku Organisasi. Edisi ke-8. Jakarta: PT Prenhallindo.

10 Ilmuan Unik "Gila"

Kesepuluh ilmuwan ini merupakan ilmuwan terbesar dunia yang memberikan banyak penemuan spekatakuler dan mampu merubah dunia. Lebih lanjut simak artikel berikut: VIVAnews - Para ilmuwan memang memiliki karakternya masing-masing. Banyak di antara mereka punya perilaku yang unik dan eksentrik--kalau tidak mau dibilang aneh. Namun, seringkali tingkah aneh itu juga disertai oleh ide-ide besar yang 'gila' dan liar. Dan ide-ide itu pula yang kemudian berhasil mengubah masa depan dunia hingga menjadi seperti sekarang. LiveScience merangkum beberapa tokoh ilmuwan 'gila' tersebut. 1. Albert Einstein Albert Einstein (guim.co.uk) Dia memang ilmuwan selebriti yang sangat tersohor. Tak cuma terkenal dengan teori relativitas, Einstein juga memiliki kontribusi pada berbagai penelitian, mulai dari teori medan gravitasi, mekanika statistik, teori quantum, teori partikel, teori foton cahaya. Di luar aktivitasnya sebagai peneliti, ia juga gemar mengemudikan perahu layar di laut yang tak berangin. "Hanya untuk tantangan," katanya mengenai kegemarannya itu. 2. Leonardo d Vinci Tak cuma lihai melukis, pencipta lukisan 'Mona Lisa' dan 'Perjamuan Terakhir' itu juga merancang berbagai ide penemuan baru. Banyak ide besutan ilmuwan Italia ini yang memang hanya sampai pada tataran konsep. Namun ada pula yang benar-benar terwujud, hingga ratusan tahun setelah masanya. Penemuannya meliputi peralatan selam, glider untuk terbang layang, kendaraan kayu tanpa bahan bakar, hingga helikopter. 3. Nikola Tesla Tesla adalah adalah seorang jenius yang menemukan teknologi radio nirkabel dan penemu generator arus bolak-balik. Ilmuwan asal Serbia ini mendemonstrasikan transfer energi nirkabel sejak 1893. Seperti halnya seorang pesulap, Tesa juga suka mempertunjukkan penemuannya secara demonstratif. Ia suka menjadikan tubuhnya sebagai konduktor, atau bahkan mematikan saklar listrik berukuran besar di bawah guyuran hujan percikan api. 4. James Lovelock Lovelock adalah pakar lingkungan asal Inggris yang mencipta hipotesa Gaia--nama Dewi Bumi pada mitologi Yunani. Dalam hipotesanya, Lovelock memandang bumi sebagai superorganisme tunggal dengan komponen fisiknya (atmosfer, hidrosfer, litosfer, kreosfer) yang terintegrasi dan saling berinteraksi dalam menentukan kondisi iklim. Ia telah memprediksi terjadinya perubahan iklim dan membuat berbagai prediksi lain yang banyak di antaranya telah terbukti. Ia juga memprediksi adanya krisis ekologi dan kematian massal hingga 80 persen penduduk bumi, yang ia perkirakan bakal terjadi pada tahun 2100. 5. Jack Parsons Jack parsons adalah salah seorang pendiri Jet Propulsion Laboratory, sebuah laboratorium yang didanai pemerintah AS yang mengembangkan konstruksi dan operasi pesawat luar angkasa robotik, serta melaksanakan misi astronomi dan orbit bumi. Walaupun tak mengenyam pendidikan tinggi, Parsons berjasa dalam pengembangan bahan bakar padat dan penemuan sistem pendorong roket JATO (Jet-fuel Assisted Take Off). Ia adalah seorang antikristus dan penganut pemujaan setan yang juga mendalami sihir. Akhir hidupnya berakhir secara tragis, saat Parsons tewas dalam ledakan di lab rumahnya pada 1952. 6. Richard Feynman Dia adalah salah satu seorang pakar fisika jenius anggota tim Manhattan Project. Feynman menjadi salah satu ilmuwan penting abad 20, karena andilnya dalam mengembangkan bom atom. Selain oekerjaannya sebagai pakar fisika teori, Feynman juga berjasa menjadi pionir di bidang quantum computing, dan mengenalkan konsep nanoteknologi. 7. Freeman Dyson Dia adalah pakar fisika nuklir dan penulis fiksi ilmiah terkenal. Pada 1960 dia menggelontorkan ide bahwa di masa depan, manusia musti membangun perisai artifisial untuk mengumpulkan energi surya, demi memenuhi kebutuhan energi manusia yang terus meningkat. Ide ini dikenal sebagai teori Dyson Sphere. Dyson percaya sekali dengan adanya kehidupan ekstraterestrial dan memperkirakan manusia akan melakukan kontak dengan mereka pada beberapa dekade mendatang. 8. Robert Oppenheimer Dia adalah kepala Proyek Manhattan, proyek pengembangan teknologi nuklir untuk perang buatan AS, sehingga kerap dijuluki sebagai 'Bapak bom Atom'. Namun, saat bom atom AS meledak di Jepang, ia dibebani oleh perasaan bersalah dan berusaha mencoba mencegah perlombaan senjata nuklir antara AS dan Rusia. Ia juga kerap mengutip salah satu kalimat yang tercantum dalam kitab suci Hindu Bhagawad Gita yang menggambarkan ledakan nuklir: "Bila cahaya ribuan matahari diledakkan dalam satu waktu di angkasa, maka ia akan menjadi ledakan yang mahahebat." 9. Wernher von Braun Sejak usianya masih 12 tahun, von Braun suka memuati mainan mobil-mobilannya dengan petasan dan mercon dan menembakkannya ke kerumunan orang ramai di jalan. Ternyata kebiasaan kecilnya ditekuni terus hingga ia dewasa. Ia kemudian menjadi otak di balik terciptanya roket V-2 buatan Hitler. Belakangan, ia ditawan oleh AS dan menjadi orang penting dalam proyek eksplorasi ke luar angkasa dan bulan. Tak cuma ahli di bidang peroketan, von Braun juga mendalami olahraga selam dan filsafat. 10. Johann Konrad Dippel Lahir dan dibesarkan di Istana Frankenstein Jerman pada abad 17, kimiawan Johan Dippel adalah penemu pewarna biru sintetik/kimia 'Prussian Blue'. Belakangan ia sangat terobsesi untuk menemukan ramuan keabadian. Bahkan, kabarnya ia juga melakukan eksperimen dengan mayat-mayat. Kisah Dippel inilah yang kemudian menginspirasi penulis Mary Shelley menelurkan karya fiksinya berjudul Frankenstein. sumber: VIVAnews

Perubahan Sistem Pemerintahan Jepang Selama Masa Restorasi Meiji

Sistem Pemerintahan Pada Masa Tokugawa Bakufu
Sistem pemerintahan pada masa ini mengadopsi sistem dari Cina yaitu sistem pemerintahan terpusat. Wilayah Jepang dibagi menjadi propinsi-propinsi yang dipimpin oleh daimyo sebagai pemimpin militer daerah. Daimyo di masa Tokugawa ini dibagi menjadi 3 golongan yaitu: 1. Shinpan, merupakan daimyo yang mempunyai hubungan keluarga dengan Tokugawa 2. Fudai, daimyo yang mendukung Tokugawa sejak sebelum pertempuran Sekigahara 3. Tozama atau daimyo luar, mereka yang ditundukkan setelah Sekigahara. Meskipun tozama adalah daimyo yang ditundukkan setelah Sekigahara, namun mereka memiliki tanah yang lebih luas dibandingkan dengan daimyo lainnya. Hal ini karena mereka menguasai wilayah yang jauh dari ibukota edo dan tidak strategis, misalnya di daerah barat dan sepanjang pesisir laut Jepang. Pendapatan negara berasal dari pajak panen dan tanah. Dalam sistem terpusat ini, semua tanah adalah milik pemerintah pusat dan dibagi-bagi dalam bagian yang sama untuk dipakai secara temporer oleh keluarga petani. karena mendapatkan jatah tanah yang sama luasnya, maka pajak yang dibayar pun harus sama. Tidak memandang apakah tanah tersebut subur atau tandus. Hal ini jelas mengakibatkan pendapatan pajak yang tidak stabil. Selama masa pemerintahan Tokugawa, Jepang melakukan politik sakoku (isolasi), menutup diri dari bangsa lain. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap maraknya ajaran kristen yang dibawa oleh pedagang. Meskipun dilaksanakan politik sakoku, Tokugawa tetap memperoleh informasi dan keuntungan perdagang dari luar negeri karena tidak seluruh Jepang ditutup. Nagasaki menjadi satu-satunya penghubung pemerintah Tokugawa dengan dunia luar, itupun hanya dengan belanda karena mereka hanya yang benar-benar berniat untuk berdagang dan memiliki persekutuan dagang VOC. Pemerintah Tokugawa juga mempertegas stratifikasi dalam masyarakat dengan memberlakukan peraturan empat kelas yaitu samurai, tukang, pedagang, dan kaum petani. sehingga tidak diperbolehkan pernikahan dengan orang yang berbeda kelas. Sistem ini merupakan adopsi dari Cina.
Sistem Pemerintahan Selama Periode Meiji
Sebelum restorasi Meiji berlangsung, pemerintahan berada dibawah kekuasaan Tokugawa bakufu. Tokugawa ini terdiri atas para samurai yang menjalankan administrasi pemerintahan sekaligus sebagai kekuatan militer. Selama masa ini pula Jepang mengisolasi diri dari pengaruh luar. Hingga kemudian sekitar tahun 1853 seorang pelaut Amerika Serikat yang bernama perry menghendaki mendarat di pelabuhan Jepang untuk berdagang. hal ini tidak begitu saja dipenuhi oleh pemerintah Tokugawa dan memaksa kapal-kapal AS untuk unjuk kekuatan dengan tembakan dari laut. Karena mengisolasi diri, Jepang ketinggalan teknologi sehingga mengharuskan pemerintah Jepang menandatangani persetujuan dengan komodor perry. Perjanjian ini berisi tentang kesewenang-wenangan pasukan Amerika Serikat seperti mereka dapat menegakkan hukum mereka di tanah Jepang. Melihat ketidak-mampuan pemerintah Tokugawa dalam berperan sebagai kekuatan militer, beberapa daimyo merasa tidak puas. Mereka adalah daimyo dari Satsuma dan Choshu yang kemudian bergabung untuk menjatuhkan pemerintahan Tokugawa dan beralasan mengembalikan kekuasaan kepada kaisar/tenno. Pada tahun 1867 beberapa pemuda perwakilan dari Satsuma dan Choshu seperti Saigo Takamori, Okubo Toshimichi, Komatsu Tatewaki, Oyama Kakunosuke, Ito Hirobumi, Shinagawa Yaziro, Hirazawa Maomi, dan Kido Koin mengadakan pertemuan untuk bersama-sama meruntuhkan kekuasaan Tokugawa dan menempatkan kaisar sebagai kekuasaan pemerintah (tidak hanya sebagai pemimpin tertinggi agama). Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan utama dari perlawanan terhadap pemerintah Tokugawa. Mereka mengetahui jika pemerintahan kembali kepada kaisar, sedangkan kaisar masih terlalu muda untuk menjalankan pemerintahan, maka orang-orang yang telah membantu mengembalikan kekuasan kepada kaisarlah yang akan menjalankan sistem pemerintahan selanjutnya. Merupakan cara yang licik memang, namun hal ini akan membawa Jepang menjadi negara yang diakui oleh bangsa Eropa dan disegani oleh bangsa lain. Setelah pemerintahan Tokugawa jatuh, ibukota kaisar dipindah dari Kyoto ke Edo (1869). Dan akhirnya pemerintahan dikembalikan kepada kaisar. Namun karena kaisar pada saat itu (Mutsuhito) masih berumur 15 tahun, maka pemerintahan dijalankan oleh orang-orang dari Satsuma dan Choshu. Kemudian dari golongan-golongan yang mendukung kaisar mengumandangkan semboyan “sonno joui” yang artinya hormati kaisar dan usir orang asing. Beberapa pemuda kemudian dikirim ke Eropa dan Amerika Serikat untuk mencari ilmu pengetahuan dan menambah wawasan. Diantaranya yaitu pada tahun1882, Ito Hirobumi ditunjuk sebagai ketua komite penyelidik konstitusi dan dikirim ke Eropa untuk mempelajari sistem konstitusi pemerintahan di sana. Selama di Eropa beliau menyimpulkan bahwa konsep konstitusi yang paling baik untuk Jepang adalah seperti sistem pemerintahan kekaisaran jerman. Dan kemudian pada tanggal 11 Februari 1889, ditetapkanlah konstitusi Jepang raya. Akan tetapi, konstitusi ini mulai diberlakukan pada tanggal 29 Nopember 1890 dengan dimulainya sidang pertama parlemen kekaisaran (diet). Konstitusi ini membagi kekuasaan anatara kaisar dengan diet. Kekuasaan kaisar dan perdan menteri dibatasi agar tidak terjadi absolutisme. Namun demikian, adanya kata-kata yang ambigu dan bagian-bagian yang kontradiktif menyebabkan sistem pemerintahan berubah-ubah dari demokratis ke otoriter sesuai dengan interpretasi partai politik yang berkuasa. Perubahan ini berlangsung hingga perang dunia ke-2. Kekalahan Jepang pada akhir perang dunia ke-2 memaksa kaisar menyerahkan kekuasaannya. Pemerintah pendudukan yang didirikan Amerika Serikat Serikat diperintahkan untuk membuat konstitusi baru untuk menyokong hal ini. Kemudian tersusunlah konstitusi Jepang (nihon koku kenpou) yang mulai diberlakukan tahun 1947, bersamaan dengan hengkangnya Amerika Serikat Serikat dan pemerintahan demokrasi-liberal Jepang yang baru mulai berkuasa. Dengan demikian berakhirlah masa berlakunya konstitusi Meiji. Namun apakah selama restorasi Meiji tidak ada pertentangan di antara para samurai mengenai berjalannya sistem pemerintahan? Hal ini tentu saja ada, misalnya ketika para pemimpin disekeliling kaisar Meiji saat itu di bawah pimpinan Okubo Toshimici menghapus sistem stratifikasi dalam masyarakat terutama kaum samurai. Okubo dan kawan-kawan menghapuskan daerah-daerah kekuasaan para daimyo untuk dijadikan milik pemerintah seutuhnya. Para samurai pun tunduk pada keputusan ini. Mereka menyadari bahwa untuk membawa Jepang menjadi negara yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap menjunjung tinggi kaisar serta mengusir kekuasaan asing dari bumi Jepang, struktur masyarakat lama tidak bisa dipertahankan. Membaurnya kaum samurai dengan golongan masyarakat yang lain akan menularkan semangat, loyalitas terhadap pemimpin/kaisar dan disiplin hidup kaum samurai yang mengilhami segala aktifitas mereka. Dengan cara inilah Jepang mengalami banyak kemajuan di berbagai bidang. Kalau kita lihat lagi, hal ini sangat berbeda dengan sistem konstitusi di Indonesia yang menganut konstitusi demokrasi. Bangsa Indonesia tidak perlu susah mencari-cari konstitusi yang tepat untuk bangsanya seperti yang dilakukan Jepang. Dengan rasa percaya diri karena merasa memiliki banyak suku, ideologi (kondisi geografis Indonesia yang ber beda dengan Jepang sangat mempengaruhi hal ini) dan merasa senasib-sepenanggungan, bangsa Indonesia menggunakan konstitusi demokrasi. Hingga kemudian muncul keinginan para pemimpin partai politik untuk memasukkan ideologinya kedalam konstitusi, dan menimbulkan banyak pertentangan. Pertentangan ini berbeda dengan pertentangan yang dialami pemerintah Meiji kurang lebih 70-an tahun sebelumnya. Pemerintah Meiji menghadapi para samurai yang tidak setuju dengan modernisasi dan membuka hubungan dengan barat. Meskipun pada awalnya pemerintah Meiji didukung oleh semangat semboyan sonno joui, tetapi mereka sadar bahwa tidak boleh sembarangan mengusir bangsa asing karena Jepang juga ingin belajar dan meniru dari mereka. Meskipun para samurai ada yang menentang, ini berarti menandakan timbulnya semangat nasionalisme terhadap bangsanya. Tidak seperti para pemimpin partai politik di Indonesia yang mementingkan ideologi kelompoknya.
Daftar Pustaka
Beasley, W.G. Pengalaman Jepang Sejarah Singkat Jepang. Yayasan obor indonesia. Jakarta. 2003
Kodansha Encyclopedia of Japan
Suryohadiprojo, Sayidiman. Pengalaman dari Jepang. Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjoangan Hidup. Universitas Indonesia. 1987

Senin, 19 Desember 2011

Kritik Sejarah

Dalam sebuah rujukan sejarah tentang pertikaian Militer vs Islam (“Majalah Forum Keadilan edisi 9 April 2000” ) memaparkan bahwasannya Militer Indonesia, sejak awal mula secara diam-diam menyimpan rasa kurang senang terhadap organisasi-organisasi Islam. Keti-dak-senangan itu muncul semenjak tahun-tahun pertama berdirinya Republik Indonesia, dan mencapai puncaknya hingga ke tingkat permusuhan setelah pemerintahan militer resmi memegang tampuk kekuasaan tahun 1965. Sebagaimana terlihat dalam perkembangan yang mencapai puncaknya pada tahun 80-an, bahwa kemiliteran itu dibentuk untuk menopang kekuatan negara, dan selalu siap untuk men-jalankan perannya sebagai kekuatan negara mengha-dapi rongrongan ideologi apapun, termasuk ideologi-ideologi agama yang secara resmi diakui, yaitu Islam, Kristen, Budha dan Hindu. Kondisi semacam ini terus berlangsung, sehingga jurang pemisah di antara militer dan organisasi-organisasi (gerakan) politik Islam semakin dalam. Sejak awal dibentuknya kekuatan militer Indonesia, hanya penduduk pulau Jawa sajalah yang berperan mengendalikan dan mengontrol tentara, khususnya dalam pembinaan karakter maupun kultur (tsaqafah) nya. Suku Jawa selamanya menduduki posisi-posisi penting dan strategis sejak lahirnya gerakan kebangsaan di Indonesia, sehingga mereka berhasil menguasai setiap bagi-an dari kehidupan bangsa, dan merambah ke suku-suku lain di luar Jawa yang pada umumnya lebih kuat berpe-gang kepada ajaran Islam dibandingkan dengan mereka yang ada di pulau Jawa. Perkembangan politik selanjut-nya menunjukkan, bahwa apa yang terjadi diantara kelompok militer dan organisasi-organisasi Islam telah merambah masuk hingga ke persoalan-persoalan asasi di dalam tubuh masyarakat Jawa yang memiliki dua pola kultur berbeda: Yaitu, pertama golongan santri, mereka adalah muslim yang taat pada agama. Dan kedua, golongan abangan, adalah mereka yang secara formal mengaku muslim tetapi dalam praktiknya tetap setia berpegang teguh kepada filsafat dan kebudayaan Jawa sebelum Islam. Kira-kira satu bulan sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945 telah terjadi perdebatan sengit antara dua kubu, kelompok santri dan abangan yang tergabung di dalam “Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai”, yaitu sebuah badan yang dibentuk oleh tentara pendudukan Jepang, guna mencari dasar bagi kemerdekaan Indonesia serta mendisku-sikan UUD Republik di masa datang. Pada akhirnya dicapailah suatu kesepakatan yang memuat kerangka undang-undang negara Indonesia sekaligus lima dasar Pancasila yang salah satunya berisi kepercayaan kepada Allah SWT. Para wakil-wakil muslim di dalam badan ini berhasil mengokohkan prinsip tadi yang memungkinkan untuk memberikan warna ke-Islaman dan menonjolkan kepribadian Islam dengan menambahkan kalimat: “Dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya”. Kese-pakatan ini kemudian diterima sebagai preambule (pembukaan) undang-undang dasar yang dikenal dengan Piagam Jakarta. Akan tetapi ketika UUD ini diumumkan tanggal 18 Agustus 1945, sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, kalimat tersebut dihapuskan melalui tangan pemimpin sekuler Soekarno, yang kemudian diangkat menjadi presiden RI yang pertama. Dengan kejadian ini, maka kemenangan yang semula berada di tangan kaum muslimin berubah menjadi serangan dan penistaan. Dihapusnya tujuh kalimat, yang terdapat di dalam Piagam Jakata (The Jakarta Charter) pada akhirnya menimbulkan permusuhan berkelanjutan selama 20 tahun pertama berdirinya Republik Indonesia.

DOU LABO DANA MBOJO (Peran Ulama Bima dalam mengembangkan Islam di Asia)

Pada abad 16 M, Dana Mbojo sudah menjadi salah satu pusat perdagangan yang ramai di wilayah bagian timur Nusantara. Menurut Tome Pires yang berkunjung ke Bima pada tahun 1513 M, pada masa itu pelabuhan Bima ramai dikunjungi oleh para pedagang Nusantara dan para pedagang Bima berlayar menjual barang dagangannya ke Ternate, Banda dan Malaka serta singgah di setiap pelabuhan di wilayah Nusantara. Pada saat inilah kemungkinan para pedagang Demak datang ke Dana Mbojo selain berdagang juga untuk menyiarkan agama Islam. Ketika Islam muncul sebagai agama yang besar pengaruhnya di kawasan Nusantara pada abad 16 M, “dou labo Dana Mbojo” (rakyat dan negeri Mbojo) masih diselimuti ajaran agama budaya warisan leluhur yang bernama makamba makimbi. Raja-raja sebagai hawo ro ninu (pengayom dan pelindung) rakyat masih memegang teguh agama makamba makimbi. Atas kehendak Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, maka pada pertengahan abad 16 M, para pedagang Demak, Ternate dan Aceh datang ke Dana Mbojo mengajak masyarakat untuk meninggalkan agama lama dan menerima agama samawi yang bernama Islam. Karena pada masa itu Dana Mbojo merupakan kerajaan maritim, maka para pedagang Mbojo banyak yang berkunjung ke pusat-pusat perdagangan Islam, seperti Demak, Aceh dan Ternate. Mereka bergaul dan berinteraksi dengan para pedagang Islam. Mungkin mereka sudah ada yang memeluk agama Islam, dan ikut aktif memperkenalkan agama Islam kepada keluarga dan sanak saudaranya Sebagaimana dipaparkan sebelumnya bahwa Tome Pires (Portugis), memberikan keterangan ketika berkunjung ke Bima pada tahun 1513 M melukiskan keadaan Bima sebagai berikut: “Pulau Bima adalah pulau yang diperintah oleh seorang Raja kafir (Makamba-Makimbi, penulis). Dimilikinya banyak perahu dan banyak bahan makanan, serta juga daging, ikan dan asam, dan juga banyak kayu sopang yang dibawanya ke Malaka untuk dijual di Cina, kayu sopang itu tipis dan harganya di Cina lebih murah dari kayu sopang Siam yang tebal dan bermutu. Bima juga memiliki banyak budak dan banyak kuda yang dibawanya ke Jawa. Perdagangan di pulau ini ramai, orang hitam berambut lurus. Terdapat banyak dusun, banyak orang dan banyak hutan. Orang yang berlayar ke Banda dan Maluku singgah disitu dan membeli berbagai jenis kain yang kemudian dijualnya di Banda dan Maluku. Pulau itu juga memiliki sedikit emas. Mata uang Jawa yang berlaku disitu. Tome Pires memaparkan “… oleh karena modal mereka kecil, sedangkan awak perahu mereka budak, maka mereka memanjangkan pelayarannya supaya lebih beruntung: dari Malaka mereka membawa barang untuk dijual di Jawa, disitu mereka membeli barang lain untuk dijual di Bima dan disitu mereka membeli berbagai kain untuk dijual di Banda dan Maluku sebagai tambahan barang-barang yang tersedia. Bagaimana peranan Demak terutama pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546) dalam penyiaran Islam di Nusantara bagian timur?, hal ini dapat diketahui dari catatan riwayat perjuangan Sunan Giri, salah seorang wali yang sangat dihormati di Demak. “ Sungguh amat besar jasa Sunan Giri semasa hidupnya, karena beliaulah yang mengirimkan utusan (mission secret) keluar Jawa. Mereka terdiri dari pelajar, saudagar, nelayan. Mereka dikirim oleh Sunan Giri ke Pulau Madura, juga ke Bawean dan Kangean, bahkan sampai ke Ternate dan Haruku di Kepulauan Maluku. Amat besar pengaruh Sunan Giri terhadap jalannya roda pemerintahan di Kerajaan Demak. Sehingga soal yang penting senantiasa menantikan sikap dan keputusan yang diambil oleh Sunan Giri. Oleh para wali lainnya, beliau dihormati dan disegani. Waktu dulu Giri adalah menjadi sumber ilmu keagamaan dan termashur di seluruh tanah Jawa dan sekelilingnya. Dari segala penjuru, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah banyak yang pergi ke Giri untuk berguru pada Sunan Giri. Beliaulah kabarnya yang menciptakan Gending Asmaradana dan Pucung. Daerah penyiarannya sampai ke Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Madura. Menurut riwayat, Sunan Girilah yang menghukum sesat terhadap diri Syech Siti Jenar karena mengajarkan ilmu yang berbahaya pada rakyat. Sunan Giri adalah terhitung seorang ahli pendidik (paedagog) yang berjiwa demokratis”. Selain Demak, Ternate juga memiliki peran penting dalam mewujudkan proses Islamisasi di Daerah Bima. Ternate merupakan satu-satunya negara Islam di Nusantara bagian timur, yang pada abad 16 M muncul sebagai pusat penyiaran Islam. Tanpa mengurangi jasa para saudagar Arab yang lebih awal datang menyiarkan Agama Islam di Ternate, peranan Demak dalam perkembangan Islam di negeri itu cukup besar. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, salah seorang wali yaitu Sunan Giri telah banyak mengirim mubalig ke Ternate dan Haruku di Kepulauan Maluku. Sebaliknya banyak orang-orang Ternate yang pergi belajar agama ke Giri. Menurut catatan raja-raja Ternate, pada tahun 1495 M, Zainal Abidin Sultan Ternate pertama, mewakilkan pemerintahan kepada salah seorang keluarganya, lalu baginda melawat ke tanah Jawa, memperdalam pengetahuan tentang Islam kepada Sunan Giri. Maka oleh karena telah ramainya orang-orang Islam dari Jawa, atau dari tanah Melayu datang ke Maluku dan orang Maluku melawat ke tanah Jawa dari Haitu, selain Sultan sendiri, adalah Patih Putah, yang setelah kembali dari memperdalam pengajiannya di Jawa, telah menyiarkannya dengan amat giat ke negerinya. Pada masa Sultan Baabullah (Tahun 1570-1583), usaha penyiaran Islam semakin ditingkatkan dan pada masa beliaulah, para mubalig dan pedagang Ternate meningkatkan kegiatan dakwah di Dana Mbojo. Pada masa pemerintahan Sultan Babullah, Ternate mengalami kejayaan, beliau memperluas wilayah daerahnya sehingga kira-kira pada tahun 1850 M, menguasai kepulauan yang tidak kurang dari 72 banyaknya. Daerahnya membentang dari Mindanao (Philipina) di Utara sampai Bima di Selatan dan Irian di Timur, sampai Sulawesi Barat. Ia tewas dalam tahun 1583 dan digantikan oleh anaknya Sahid Barkat (H.J. Van Den Berg, DR.H. Kroe Kamp, tahun 1954, hal. 218). Diantara 72 pulau (negeri) yang dikuasai Baabullah disebutkan Sangaji Kore di Nusa Tenggara Barat dan Sangaji Mena di Bali. Kemungkinan yang dimaksud dengan Sangaji Kore di Nusa Tenggara Barat dalam kutipan ini adalah nama lain dari Sanggar, kalau kemungkinan itu benar, maka pada masa itu Kore (Sanggar) dan Dana Mbojo sudah didatangi oleh para mubalig Ternate untuk menyiarkan agama Islam. Selain dua daerah yang disebutkan diatas, kehadiran para Mubhalig dari Sulawesi (Luwu, Bugis, Gowa dan Tallo) turut menambah daftar daerah yang berusaha mengislamkan Dana Mbojo. Untuk hal ini, menurut Bo Istana yang ditulis pada 18 hari bulan Rabi’u Akhir 1270 H, bahwa “ Hijratun Nabi Saw samad seribu dua puluh delapan, sebelas hari bulan Jumadilawal telah datang di Labuhan Sape saudara Daeng Mangali di Bugis Sape dengan orang Luwu, Tallo dan Bone untuk berdagang. Kemudian pada malam hari datang menghadap Ruma Bumi Jara yang memegang Sape untuk menyampaikan sebuah Cilo dan kain Bugis, dan sepucuk surat sepupu Ruma Bumi Jara di Bone bernama Daeng Malaba. Adapun saudaranya itu mengabarkan bahwa orang-orang itu berdagang cilo, kain dan keris serta membawa agama Islam. Kerajaan Gowa dan Tallo dan Luwu dan Bone sudah masuk Islam dan Daeng Malaba dan keluarganya semua masuk Islam. Dimintanya Bumi Jara agar jadi Islam dan membawa orang-orang itu menghadap Ruma Bicara Ama Lima Dai, sebab ada persembahan untuk Ruma Bicara. Pada saat itu, Ruma Bicara telah wafat dan tidak diketahui oleh orang-orang Tallo dan Bone. Orang-orang itu dibawa oleh Bumi Jara kepada adik Ruma Bicara bernama Rato Waro Bewi dan anak Ruma Bicara La Mbila. Tiada di rumah, karena sudah pergi ke Dusun Teke menjaga Ruma Ta Ma Bata Wadu (La Ka’I) disuruh oleh Rato Waro Bewi karena Ruma Ta Ma Bata Wadu dikejar-kejar oleh Mantau Asi Peka hendak dibunuh. Setelah keberhasilan Ruma Ta Ma Bata Wadu (La Kai) lolos dari kejaran Raja Salisi, ternyata membawa angin segar bagi perkembangan Islam selanjutnya di Daerah Bima. Kehadiran Dato’ Ri Bandang di Daerah Bima kemudian membawa kepastian dalam diri La Kai sehingga pada waktu selanjutnya setelah melakukan sumpah di Raba (Dam) Parapi, La Kai kemudian di Bai’at dan sekaligus merubah namanya dari La Kai menjadi Abdul Kahir. Cita-cita dan usaha Abdul Kahir sebagai Sultan Pertama daerah ini (Bima) ternyata tidak berputus setelah Ia wafat. Sampai pada masa kepemimpinan Sultan Ibrahim, panji-panji Islamiah masih tetap berkibar di Dana Mbojo sebagai suatu Negeri yang memiliki kedaulatan walau dalam hal ini tidak sepenuhnya karena Pemerintah Kolonial Belanda masih ada atau tetap bercokol di Bumi Maja Labo Dahu. Setelah mangkatnya Sultan Ibrahim, tiba giliran seorang anak muda yang bernama Muhammad Salahuddin menduduki posisi penting sebagai pengganti ayahandanya dalam mengemban tugas berat sebagai Hawo ra Ninu ba Dou ma labo Dana ro Rasa (Pemimpin bagi Masyarakat dan Negeri) yaitu menjabat sebagai Sultan. Dengan modal ilmu agama yang luas, Sultan Muhammad Salahuddin kemudian bersama ulama anggota Lembaga Majelis Syar’iyah bekerja keras untuk mempertahankan kejayaan Islam. Pada hakekatnya Lembaga Majelis Syar’iyah meneruskan tugas dan fungsi Lembaga Sara Hukum yang telah dibubarkan oleh penjajah Belanda. Tetapi peranannya di bidang hukum sudah ada yang diambil alih oleh lembaga Peradilan Pemerintah Kolonial Belanda, seperti kasus pencurian, pembunuhan dan perjinahan. Kendati demikian bagi mereka yang terlibat dalam kasus-kasus tersebut, tetap menerima sanksi berdasarkan hukum adat, yang akan ditetapkan oleh Majelis Syar’iyah bersama Sultan. Mulai saat itu, Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan “Uma Bui” (Rumah Bui atau Penjara). Mereka yang pernah menerima hukuman karena berjinah, mencuri dan perbuatan sejenis, merasa malu dan aib. Karena itu banyak diantara mereka yang melakukan “Paki Weki” yaitu pergi mengasingkan diri ke daerah-daerah lain, sambil bertaubat kepada Allah SWT. Langkah awal yang dilakukan oleh para ulama anggota Majelis Syar’iyah ialah melanjutkan kegiatan pendidikan yang berpusat di masjid dan langgar. Para orang tua yang mempunyai anak-anak usia dini (5 – 17 tahun) diwajibkan menyerahkan putra-putrinya kepada guru ngaji. Agar mereka bisa membaca Al Qur’an dan dapat melakukan sholat dengan benar. Setelah berumur 13 tahun ke atas mereka akan memperdalam ilmu agama di masjid dan langgar. Para ulama yang berperan pada masa-masa awal pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin pada umumnya mantan pimpinan Lembaga Sara Hukum, seperti Syekh Mansyur, Syekh Muhammad dan para ulama lokal Mbojo pernah menuntut ilmu agama di Makkah dan Madinah. Pada waktu yang bersamaan jumlah masjid dan langgar ditingkatkan. Kegiatan tersebut tidak dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Karena sesuai dengan pola Snouck yang menganjurkan kepada Pemerintah Kolonial Belanda untuk memberi kebebasan kepada umat Islam dalam melaksanakan ibadah. Rupanya Snouck membuat kekeliruan dalam merumuskan pola tersebut. Dia lupa bahwa bagi umat Islam urusan ibadah tidak bisa dilepaskan dengan urusan muamallah. Nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah sholat, puasa, zakat dan naik haji, akan diamalkan dalam kegiatan di bidang muamallah. Mungkin dia menyangka bahwa pelaksanaan ibadah tidak ada kaitannya dengan urusan muamallah. Mungkin dia samakan dengan fungsi ibadah bagi umat Nasrani. Pada periode tahun 1917 – 1937 ada tiga orang ulama Bima yang menjadi guru di Makkah, yaitu Syekh Abubakar Ngali, Syekh Hamzah Cenggu dan Syekh Abidin Dodu. Ketiga ulama ini menjadi guru, para pelajar yang datang dari berbagai penjuru Nusantara. Pada periode sebelumnya yaitu pada akhir abad XIX M, seorang ulama Bima yang terkenal di Makkah adalah Syekh Abdul Al Ghani Bima. Beliau adalah ulama berdarah Arab yang lahir dan besar di Bima. Dengan demikian sejak akhir abad XIX – pertengahan abad XX M, ulama Bima sudah punya andil dalam penyebaran Islam di wilayah Asia Tenggara. Murid-muridnya setelah kembali ke daerah dan negara masing-masing menjadi ulama Haramain yang terkenal. Setelah lama mengabdi dalam dunia pendidikan di Makkah dan Madinah, Syekh Abubakar Ngali, Syekh Hamzah Cenggu dan Syekh Abidin Dodu kembali ke Bima. Mereka diangkat sebagai pejabat Majelis Syar’iyah. Salah satu diantaranya yaitu Syekh Hamzah Cenggu, diangkat menjadi Lebe Na’e Karumbu. Pada periode ini H. Abdul Rasyid Sape juga kembali ke Bima. Pada tahun 1933 M, para ulama Bima yang bermukim di Makkah banyak yang kembali. Setelah kembali ada yang diangkat sebagai anggota Majelis Syar’iyah dan ada pula yang aktif sebagai Guru Agama di desa-desa. Dari sekian banyak ulama yang kembali pada tahun 1933 diantaranya adalah Tuan Guru H. Ishaka Abdul Qadir Rabangodu dan Tuan Guru H. Usman Abidin. Kemudian pada tahun 1941 datang pula H. Muhammad Saleh Abdul Qadir Monta dan H. Abdul Malik Sulaiman Ngali (Prof. DR. Abdul Gani Abdullah, 2004 : 186, 192, 194). Dalam waktu yang bersamaan H. Rauf Nata, H. Hamzah Nata, H. Sanusi Teke, H. Yasin Teke dan beberapa orang ulama dari Dena, Dodu, Sumi, Simpasai dan Lanta Sape kembali ke Bima. H. Yasin Teke diangkat sebagai “Lebe Dala” karena itu populer dengan sapaan “Ruma Lebe Dala”.

Dajjal dan Ya'juj wa Ma'juj

BAB I
ARTI DAJJAL DAN YA'JUJ WA-MA'JUJ
Dajjal disebutkan berulang-ulang dalam Hadits, sedangkan Ya'juj wa-Ma'juj bukan saja disebutkan dalam Hadits, melainkan pula dalam Al-Qur'an. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan turunnya Al-Masih. Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu). Kamus Lisanul-'Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan, karena ia menutupi bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, karena ia menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi. Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya ke seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal karena mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, artinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu. Kata Ya'juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf'ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra'a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-'Arab. Ya'juj wa-Ma'juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.
BAB II
DAJJAL DAN YA'JUJ WA-MA'JUJ MENURUT AL-QUR'AN
Kata Dajjal tak tertera dalam Al-Qur'an, tetapi dalam Hadits sahih diterangkan, bahwa sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat al-Kahfi melindungi orang dari fitnahnya Dajjal, jadi menurut Hadits ini, Al-Quran memberi isyarat siapakah Dajjal itu. Mengenai hal ini diterangkan dalam Kitab Hadits yang amat sahih sebagai berikut: "Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal." Boleh jadi, dalam menyebut sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir, itu yang dituju ialah seluruh surat Al-Kahfi yang melukiskan ancaman Nasrani yang beraspek dua, yang satu bersifat keagamaan, dan yang lain bersifat keduniaan. Bacalah sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi, anda akan melihat seterang-terangnya bahwa yang dibicarakan dalam dua tempat itu adalah ummat Nasrani. Mula-mula diuraikan aspek keagamaan, yang dalam waktu itu Nabi Muhammad dikatakan sebagai orang yang memberi peringatan umum kepada sekalian manusia (ayat 2), lalu dikatakan sebagai orang yang memberi peringatan khusus kepada ummat Nasrani (ayat 4), yaitu ummat yang berkata bahwa Allah memungut Anak laki-laki. Demikianlah bunyinya: "Segala puji kepunyaan Allah Yang menurunkan Kitab kepada hamba-Nya ..., ... agar ia memberi peringatan tentang siksaan yang dahsyat dari Dia… dan ia memperingatkan orang-orang yang berkata bahwa Allah memungut anak laki-laki." (18:1-4). Terang sekali bahwa yang dituju oleh ayat tersebut ialah ummat Nasrani, yang ajaran pokok agamanya ialah Tuhan mempunyai Anak laki-laki. Dalam sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi diuraikan seterang-terangnya, bahwa ummat Nasrani mencapai hasil gemilang di lapangan duniawi. Demikianlah bunyinya : "Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-Ku sebagai pelindung selain Aku?… Katakan Apakah Kami beritahukan kepada kamu orang-orang yang paling rugi perbuatannya? (Yaitu) orang yang tersesat jalannya dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka adalah orang yang mempunyai keahlian dalam membuat barang-barang." (18: 102-104). Ini adalah gambaran tentang bangsa-bangsa Barat yang diramalkan dengan kata-kata yang jelas. Membuat barang adalah keahlian dan kebanggaan ummat Nasrani, dan ciri-khas inilah yang dituju oleh ayat tersebut. Mereka berlomba-lomba membuat barang-barang, dan mereka begitu sibuk datam urusan ini, sehingga penglihatan mereka akan nilai-nilai kehidupan yang tinggi, menjadi kabur sama sekali. Membuat barang-barang, sekali lagi membuat barang-barang, adalah satu-satunya tujuan hidup mereka di dunia. Jadi, sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi menerangkan dengan jelas bahayanya ajaran Kristen tentang Putra Allah, dan tentang kegiatan bangsa-bangsa Kristen di lapangan kebendaan, dan inilah yang dimaksud dengan fitnahnya Dajjal. Ya'juj wa-Ma'juj diuraikan dua kali dalam Al-Quran. Yang pertama diuraikan dalam surat al-Kahfi, sehubungan dengan uraian tentang gambaran Dajjal. Menjelang berakhimya surat al-Kahfi, diuraikan tentang perjalanan Raja Dhul-Qarnain* ke berbagai jurusan untuk memperkuat tapal-batas kerajaannya. Ternyata bahwa menurut sejarah, raja ini ialah raja Persi yang bernama Darius I. Diterangkan dalam surat tersebut, bahwa perjalanan beliau yang pertama, berakhir di laut Hitam. "Sampai tatkala ia mencapai ujung yang paling Barat, ia menjumpai matahari terbenam dalam sumber yang berlumpur hitam." (18:86). Ternyata bahwa yang dimaksud sumber yang berlumpur hitam ialah Laut Hitam. Selanjutnya diuraikan dalam surat tersebut, kisah perjalanan beliau ke Timur "Sampai tatkala ia mencapai tempat terbitnya matahari, ia menjumpai matahari terbit di atas kaum yang tak Kami beri perlindungan dari (matahari) itu" (18:90). Selanjutnya diuraikan tentang perjalanan beliau ke Utara. "Sampai tatkala ia mencapai (suatu tempat) diantara dua bukit" (18:93). Yang dimaksud dua bukit ialah pegunungan Armenia dan Azarbaijan. Dalam perjalanan ke Utara ini, raja Dhul-Qarnain berjumpa dengan suatu kaum yang berlainan bahasanya, artinya, mereka tak mengerti bahasa Persi. Kaum ini mengajukan permohonan kepada raja Dhul-Oarnain sbb: "Wahai Dhul-Qarnain! Sesungguhnya Ya'juj wa-Ma'juj itu membuat kerusakan di bumi. Bolehkah kami membayar upeti kepada engkau, dengan syarat sukalah engkau membangun sebuah rintangan antara kami dan mereka" (18:94). Selanjutnya Al-Qur'an menerangkan, bahwa raja Dhul-Qarnain benar-benar membangun sebuah tembok** dan sehubungan dengan itu, Al-Qur'an menyebut-nyebut besi dan tembaga sebagai bahan untuk membangun pintu gerbang: "Berilah aku tumpukan besi, sampai tatkala (besi) itu memenuhi ruangan di antara dua bukit, ia berkata: 'Bawalah kemari cairan tembaga yang akan kutuangkan di atasnya' (18:96). Dalam ayat 97 diterangkan, bahwa tatkala tembok itu selesai, mereka (Ya'juj wa-Ma'juj) tak dapat menaiki itu, dan tak dapat pula melobangi itu. Dalam ayat 98, raja Dhul-Qarnain menerangkan, bahwa bagaimanapun kuatnya, tembok ini hanya akan berfaedah sampai jangka waktu tertentu, dan akhirnya tembok ini akan runtuh. Lalu kita akan dihadapkan kepada peristiwa yang lain. "Dan pada hari itu, Kami akan membiarkan sebagian mereka (Ya'juj wa-Ma'juj) bertempur melawan sebagian yang lain" (18:99). *[Kata Dhul-Qarnain makna aslinya "mempunyai dua tanduk", tetapi dapat berarti pula "orang yang memerintah dua generasi", atau, "orang yang memerintah dua kerajaan. Makna terakhir ini diberikan oleh musafir besar Ibnu Jarir. Dalam kitab perjanjian lama, Kitab Nabi Daniel, terdapat uraian tentang impian nabi Daniel, dimana ia melihat seekor domba bertanduk dua. Impian itu ditafsirkan dalam al-Kitab dengan kata-kata sebagai berikut: "Adapun domba jantan, yang telah kau lihat dengan tanduk dua pucuk, yaitu raja Media dan Persi, (Daniel 8:20). Diantara raja Media dan Persi, yang paling cocok dengan gambaran Al-Quran, ialah raja Darius I (521-485 sebelum Kristus). Jewish Encyclopaedia menerangkan sbb : "Darius adalah negarawan yang ulung. Peperangan yang beliau lakukan hanyalah dimaksud untuk membulatkan tapal-batas kerajaannya, yaitu di Armenia, Kaukasus, India, sepanjang gurun Turania dan dataran tinggi Asia Tengah". Pendapat ini dikuatkan oleh Encyclopaedia Britannica sbb: "Tulisan yang diukir dalam batu menerangkan bahwa raja Darius adalah pemeluk agama Zaratustra yang setia. Tetapi beliau juga seorang negarawan yang besar. Pertempuran yang beliau lakukan, hanyalah untuk memperoleh tapal-batas alam yang kuat bagi kerajaannya, demikian pula untuk menaklukkan suku bangsa biadab di daerah perbatasan. Jadi, raja Darius menaklukkan bangsa biadabdi pegunungan Pontic dan Atmenia,dan meluaskan kerajaan Persia sampai Kaukasus"]. **[Rintangan atau tembok yang diuraikan disini ialah tembok yang termasyur di Derbent (atau Darband) yang terletak di pantai Laut Kaspi. Dalam kitab Marasidil - Ittila', kitab ilmu-bumi yang termasyur, terdapat uraian tentang hal itu. Demikian pula dalam kitabnya lbnu at-Faqih. Encyclopaedia Biblica menjelaskan tembok itu sbb :.Derbent atau Darband adalah sebuah kota kerajaan Persi di Kaukasus, termasuk propinsi Daghistan, di pantai Barat laut Kaspi… Di ujung sebelah Selatan, terletak Tembok Kaukasus yang menjulang ke laut, yang panjangnnya 50 mil, yang disebut Tembok Alexander…Tembok ini seluruhnya mempunyai ketinggian 29 kaki, dan tebal ± 10 kaki; dan dengan pintu gerbangnya yang dibuat dari besi, dan berpuluh-puluh menara-pengintai, merupakan pertahanan tapal-batas kerajaan Persi yang kuat].
BAB III
DAJJAL ADALAH IDENTIK (SAMA) DENGAN YA'JUJ WA-MA'JUJ
Segera setelah Al-Qur'an menerangkan pertempuran satu sama lain antara Ya'juj wa-Ma'juj, ayat 102 menerangkan persoalan Dajjal. "Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku sebagai pelindung di luar Aku?" (18:102). Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an mempersamakan Dajjal dengan Ya'juj wa-Ma'juj. Mereka diberi nama yang berlainan karena mempunyai dua fungsi yang berlainan. Adapun mengenai identitas Ya'juj wa-Ma'juj para mufassir tak sama pendapatnya. Ibnu Katsir berkata, bahwa Ya'juj wa-Ma'juj adalah keturunan Adam, dan pendapat ini dikuatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim. Menurut kitab Ruhul-Ma'ani, Ya'juj waMa'juj adalah dua kabilah keturunan Yafits bin Nuh, yang bangsa Turki adalah sebagian dari mereka; mereka disebut Turki, karena mereka turiku (ditinggalkan) di sebelah sananya tembok. Selain itu, menurut uraian Al-Qur'an, terang sekali bahwa mereka adalah sebangsa manusia, yang untuk menghalang-halangi serbuan mereka, terpaksa dibangun sebuah tembok. Adapun yang kedua, Ya'juj wa-Ma'juj diuraikan dalam Al-Qur'an sbb : "Sampai tatkala Ya'juj wa-Ma'juj dilepas, mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi" (20:96). Ternyata bahwa yang dimaksud dengan kalimat "mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi" ialah bahwa mereka akan menguasai seluruh dunia. Menilik cara Al-Qur'an menerangkan Ya'juj wa-Ma'juj dalam dua tempat tersebut, terang sekali bahwa akan tiba saatnya Ya'juj wa-Ma'juj mengalahkan sekalian bangsa di dunia. Dan terang pula bahwa pada waktu Al-Qur'an diturunkan, Ya'juj wa-Ma'juj sudah ada, tetapi gerak-gerik mereka masih tetap terkekang sampai saat tertentu, yang sesudah itu, mereka akan terlepas untukmenguasai seluruh dunia. ----------------------------------------------------------------------------------------------------- ebook-2 lain yg berasal dari Swaramuslim Cyber Book dapat didownload dalam bentuk seperti di: www.pakdenono.com atau http://www.geocities.com/pakdenono/

Minggu, 18 Desember 2011

Perubahan Persepsi dari Perang Salib

Bagi studi dewasa ini, masalah sentral tentang Perang Salib adalah bagaimana peristiwa.peristiwa itu sendiri terjadi dan refleksi-refleksi tentangnya di abad-abad terkemudian, mempengaruhi persepsi-persepsi Islam terhadap Kristen. Hal pertama yang harus ditegaskan adalah bahwa Perang Salib berasosiasi dengan meningkatnya rasa keagamaan yang dahsyat di Eropa Barat. Ada banyak gerakan bagi pembaharuan Gereja, ditunjukkan dengan memerangi kekejaman dan penghianatan yang khusus. Sebuah biara yang didapatkan di Cluny, Perancis, tahun 910 Masehi dalam membantu berkembangnya ketaatan kepada kekuasaan monastik Benedictine dan sedemikian baiknya didukung sejak abad ke sebelas oleh lebih dari dua ratus rumah anak perempuan. Semangat keagamaan juga ditunjukkan sendiri oleh ikut sertanya dalam hijrah untuk meningkatkan jumlah penduduk. Satu sentra penting adalah tempat suci Santiago (Saint James) di Compostela Spanyol barat laut, namun untuk mencapai tujuan itu dengan kemampuan hijrah paling tinggi adalah ke kuburan suci di Jerusalem. Tiga puluh tahun sebelum Perang Salib Pertama, gerombolan dari tujuh ribu penduduk dinyatakan telah pergi meninggalkan Rhine ke Jerusalem, dipimpin oleh Uskup Agung dan uskup di bawahnya. Pada tahun 1076 Masehi Jerusalem berada di bawah kekuasaan langsung Amir Turki yang amat menyulitkan bagi orang-orang yang berziarah ke sana. Ini agaknya menjadi salah satu faktor di samping Paus Urban II yang menyatakan keputusannya untuk mengobarkan Perang Salib di tahun 1095 Masehi pada konsili Clermont di Perancis. Walaupun demikian, Paus dan negarawan senior itu sadar akan alasan-alasan tertentu yang sifatnya lebih klasik bagi Perang Salib. Akhirnya kaisar Byzantine harus meminta bantuan kepada Paus, mungkin bantuan ini dalam bentuk prajurit upahan. Rakyat Byzantine harus menderita kekalahan yang serius dari umat Islam di Manzikert pada tahun 1071 Masehi dan harus menarik diri dari Asia Kecil. Lebih dari itu, telah terjadi kemunduran hubungan-hubungan antara separuh Gereja Barat dan timur pada tahun 1054 Masehi, sekalipun tidak mengalami kehancuran sempurna secara total. Maka tak pelak lagi, Paus diharapkan dapat mengirimkan bantuan untuk memperbaiki hubungan-hubungan tersebut. Abad ke sebelas bagi rakyat biasa di Eropa Barat menjadi zaman keamanan yang lebih besar dan makin meningkatnya kemakmuran. Namun ini berarti bahwa bagi keluarga para bangsawan akan lebih tertutup kesempatannya untuk berkuasa dan mengakibatkan banyak terjadi perlawanan rakyat dan meredusir perselisihan di antara umat Kristen. Peristiwa ini agaknya tidak terjadi bagi Islam sebagaimana pola Nabi Muhammad SAW yang diikuti oleh suku-suku bangsa Arabia. Paus Gregory VII (1073-1085 Masehi) mengabsahkan perubahan sikap Kristen terhadap perang. Prajurit-prajurit yang sebelumnya, walaupun karena suatu sebab mereka berselisih, seperti pasukan William Sang Penakluk di Hasting pada tahun 1066 Masehi, menuntut adanya penebusan dosa bagi kematian. Kendatipun demikian, Paus kini menyatakan bahwa kematian mereka itu terhormat, tidak berdosa, berjuang untuk mengangkat hak bagi masyarakat. Hal ini barangkali terjadi sebagai akibat Reconquista bangsa Spanyol. Ahli sejarah, Arnold Toynbee, dari perspektif yang luas menulis dalam buku Study of History, melihat Perang Salib itu dimulai pada tahun 1018 Masehi ketika bantuan dari sekelompok orang Kristen di sana dilancarkan untuk memerangi kaum muslimin. [4] Selama waktu berkunjung ke Santiago, telah menumbuhkan popularitas sebelah utara kota Pyrenee dan sebagian harus mengetahui kehancuran yang diakibatkan oleh umat Islam pada tahun 997 Masehi, sungguhpun mereka mengecualikan peninggalan aktual Saint James. Banyak lagi ekspedisi dari Perancis ke Spanyol yang lain pada abad sebelas yang dilakukan dengan restu Gereja, sebab ekspedisi-ekspedisi itu dilakukan atas nama umat Kristen sebagai suatu keseluruhan. Hal ini tidak mengherankan karena banyak orang lelaki Perancis menanggapi panggilan Paus menuju Perang Salib Pertama. Para serdadu yang ikut berpartisipasi dalam Perang Salib berkumpul di Constantinople di tahun 1097 Masehi, lalu bergerak ke selatan lewat Asia Kecil, dan pada gilirannya mereka dapat merebut kota Jerusalem di tahun 1099 Masehi. Empat negara Perang Salib yang berdiri adalah: kerajaan Jerusalem, Antioch, Edessa dan Tripoli. Edessa direbut kembali oleh umat Islam di tahun 1144 Masehi, namun Jerusalem tetap bertahan 1187 Masehi. Sama sekali ada penggabungan ke Perang Salib dan ekspedisi-ekspedisi yang lain pada suatu tipe Perang Salib, sebagian di Eropa menentang heretika (bidaah) Kristen. Namun hasil yang paling solid menentang umat Islam adalah perebutan Acre dan sebidang pesisir Palestina di tahun 1991 Masehi dan peninggalan mereka selama satu abad. Dalam waktu yang lama umat Kristen menunjukkan pembasmian etnis manusia besar-besaran dalam suasana yang romantis. Diasosiasikan dengan semangat agama dan sarat dengan cita-cita kesatriaan Kristen. Dengan baik hal ini dapat diapresiasikan oleh Shakespeares dalam judul buku Henry IV, bab I, dimana letaknya untuk terus mengadakan pembunuhan besar-besaran, bukan sekedar sebagian bantuan sebagai cita-cita menuju perjuangan akhir antara zaman Pencerahan, melainkan juga sebagai tugas Kristen: Oleh karena itu, teman-teman, Sejauh kuburan Kristus Yang kini mempunyai prajurit, di bawah berkat kayu Salib Kita terkesan dan harus berjuang Segera kekuatan Inggris akan kita tarik, Yang mempunyai prajurit yang dibentuk di rahim ibunya Untuk memburu orang-orang pagan di tempat suci ini Atas orang yang berjalan kaki penuh berkah Yang terpaku selama empat belas abad yang lalu Demi kesempatan kami di tiang salib yang menyakitkan. (I Henry IV, I.i. 18-27) Kata "crusade" sekarang telah lazim dipakai secara umum untuk arti "gerakan agresif atau kegiatan menentang kejahatan publik, atau institusi atau sekelompok orang yang dianggap sebagai jahat." [5] Kata ini kini lazim dipakai oleh para jurnalis di hampir semua jenis pekerjaan untuk menyatakan menuju kebaikan, bahkan ketika kekuatan kecil yang agresif itu berkembang. Walaupun demikian, banyak orang Kristen memahami asal-usul Perang Salib yang asli adalah demi mendapatkkan kembali Tempat-Tempat Suci pada cahaya yang berbeda. Kata "Crusade" ini bukan hanya anggota anti-perang dan anti sumpah atau Masyarakat Persaudaraan yang melihat bahwa tidak ada perang yang diperbolehkan berdasarkan atas prinsip-prinsip Kristen. Sungguhpun demikian, bahkan pada abad ke delapan belas para sejarawan mulai berfikir kritis tentang keseluruhan ide Perang Salib (atau pembasmian manusia). Edward Gibbon adalah seorang pemikir bebas yang menentang sistem Gereja, yang tidak mempunyai belas kasihan membeberkan penjarahan dan pembunuhan besar-besaran yang mengambil tempat ketika pasukan Perang Salib merebut Jerusalem di tahun 1099 Masehi. [6] Bahkan pemuja seperti sang novelis romantis, Sir Walter Scott, yang sadar akan kekejaman dan kebengisan heronya Richard Yang Berhati Singa (Richard the Lionheart). Pada pendahuluan kisahnya tentang peristiwa-peristiwa Perang Salib, The Talisman, dia menulis: Periode yang lebih langsung berkaitan dengan Perang Salib yang terakhir saya putuskan adalah ciri khas Richard I yang suka perang, liar dan dermawan, pola kekesatriaan dengan semua kebaikan yang luar biasa dan tidak kurang dari kesalahan-kesalahannya yang absurd, yang menentang Pangeran Saladin (Shalahuddin al-Ayyubi) dimana monarki Kristen dan Inggris mempertontonkan semua kekejaman dan kebengisan yang mendukung karakter raja Timur. Di pihak lain, pangeran Saladin memperlihatkan kebijakan yang mendalam dan kebijaksanaan penguasa Eropa. Semua ini dikandung makna bahwa Saladin mempunyai kemampuan kualitas kekesatriaan dan keperwiraan yang baik, murah hati dan berani, yang melampaui yang lain. Tentang sejarawan dunia Islam, keseluruhan konsepsi Perang Salib adalah bersifat membabi buta dan gila. Paus dan semua yang mengorganisir angkatan bersenjata akan dapat sedikit punya ide tentang kondisi yang akan mereka hadapi, meskipun telah mengadakan perjalanan ke Jerusalem. Mereka tidak punya sedikit ide tentang peluasan kekuasan muslim. Berbagai kesuksesan yang mereka raih barangkali karena sekitar tahun 1100 Masehi umat Islam Palestina dan Syria biasanya berada di bawah kekuasaan khalifah di Baghdad, merupakan negeri-negeri kecil merdeka yang saling bersitegang satu dengan yang lain, namun kadangkala siap-sedia bekerjasama dengan raja-raja Kristen untuk menentang rival-rival negeri Islam. Karena negeri-negeri itu berada di bawah penguasa muslim yang kuat, maka nasib negeri-negeri Kristen segera tertutup. Mungkin ekspresi paling baik dari pandangan Kristen kontemporer yang seimbang tentang Perang Salib dapat diperoleh dalam kata-kata Sir Steven Runciman, pada kesimpulan ketiga buku sejarahnya tentang Perang Salib: Kemenangan pasukan Perang Salib adalah kemenangan iman. Namun iman tanpa kebijaksanaan adalah berbahaya. Sejarah dengan undang-undang hukum adalah tidak dapat ditawar-tawar, seluruh dunia harus membayar kejahatan dan kebodohan semua warga negaranya. Dalam rangka memperpanjang interaksi dan fusi antara Timur dan Barat dari peradaban kita yang tumbuh berkembang, maka Perang Salib adalah episoda yang tragis dan destruktif. Sejarawan telah menengok ke belakang berabad-abad lamanya pada kisah mereka yang gagah berani, mesti mendapatkan kebanggaan yang berlawanan dengan penderitaan pada persaksian yang membuka batas-batas hakekat manusia. Demikian banyak keberanian dan sedemikian sedikit penghargaan, demikian banyak kesetiaan dan demikian kecilnya pengertian dan pemahaman. Cita-cita yang tinggi dan agung dinodai oleh kekejaman dan kerakusan, keberanian dan ketabahan dinodai oleh kebutaan dan kesalihan diri yang picik. Perang suci itu sendiri tidak lebih lama dari gerakan intoleran atas nama Tuhan, yang merupakan perbuatan dosa melawan Ruh Kudus.[7] Menghadapi jawaban yang telah kita kembangkan tentang kontribusi Perang Salib terhadap persepsi-persepsi Kristen terhadap Islam adalah jawaban yang sedikit mereka rubah. Banyak orang Kristen yang mengapresiasikan keperwiraan dan kemurahan hati seorang Saladin, namun hanya sedikit karya ilmiah yang dibuat. Para ilmuwan Eropa Barat dan Perancis yang menciptakan gambaran baru dan lebih terinci tentang Islam di negeri-negeri Perang Salib, secara pasti hampir memperkuat hasrat bagi inforrnasi yang lebih banyak dan lebih akurat. Persepsi Islam kontemporer tentang Perang Salib secara implisit berbeda dengan persepsi Kristen. Mayoritas umat Islam memandang Perang Salib tidak lebih dari insiden kekejaman dan kebengisan umat Kristen yang jauh melampaui batas, dapat diperbandingkan dengan persepsi Inggris tentang peristiwa yang terjadi di barat laut India-Inggris di abad sembilan belas. Kekhalifahan di Baghdad yang diinformasikan namun tidak menarik itu, walau memang tidak memiliki kekuatan politik sebenarnya di masa itu. Pencuri yang mengontrol kekuatan dunia luar adalah dinasti Saljuk, namun pusat-pusat utamanya adalah beratus-ratus mil sebelah timur Baghdad. Bila mereka mendengarkan tentang Perang Salib, mereka akan memandang Perang Salib ini sebagai varian semata dari bentuk perselisihan yang terus-menerus berlangsung di kawasan khusus ini selama paruh akhir abad ini. Tentu saja berbeda karena bagi umat Islam yang terpengaruh secara langsung, sungguhpun mereka terbiasa dengan ekspedisi-ekspedisi penggerebegan Byzantine. Segera mereka menyatakan bahwa ada perbedaan nyata antara bangsa Byzantine, bangsa Rum dan bangsa Frank atau Franj, namun boleh jadi mereka masih belum sadar akan motif-motif dan tujuan- tujuan keagamaan lebih lanjut. Sebagaimana yang telah dicatat, sebagian pemimpin muslim berencana untuk ikut beraliansi dengan para pemimpin Kristen dalam memerangi rival-rival mereka yang muslim. Semenjak bangsa Frank menetap di negeri-negeri Salib dalam waktu yang lama, mereka mengadopsi adat-istiadat dan pakaian lokal, mereka nampak tidak berbeda dengan pemimpin-pemimpin muslim. Usaha menciptakan kekuatan yang tangguh sepenuhnya diikhtiarkan untuk menggagalkan para partisipan Perang Salib, dimulai ketika seorang lelaki yang bernama Zengis yang ditunjuk sebagai gubemur Mosul oleh Sultan Saljuk di tahun 1127 Masehi dan sejak tahun 1144 Masehi sudah benar-benar kuat untuk mendapatkan kembali Edessa. Putranya yang menggantikan kedudukan Zengis ini dikirim menjadi prajurit untuk melawan dinasti Fatimiah di Mesir pada tahun 1169 Masehi. Pada tahun ini juga jenderal wafat, kemenakan lelaki Saladin menduduki jabatan Zengis ini, maka segeralah Saladin menyatakan dirinya sebagai penguasa Mesir. Pada tahun 1174 Masehi atas kematian putra Zengis, ia diperkenalkan oleh khalifah sebagai sultan di seluruh kawasan mulai dari kota Mosul sampai kota Kairo. Selain konsultasi pemerintahannya atas wilayah ini. Tujuan yang utama adalah untuk memukul mundur negeri-negeri yang ikut berpartisipasi dalam Perang Salib. Dengan cara ini, secara luas Saladin menggantikan wilayah-wilayah negeri yang ikut aktif dalam Perang Salib menjadi berada di bawah kekuasaan Islam, menaklukkan Jerusalem di tahun 1187 Masehi. Beberapa tahun sebelum peristiwa di atas terjadi, pangeran Saladin telah menyerukan jihad atau perang suci melawan umat Kristen. Beliau mengumandangkan jihad ini karena kebodohan baru yang diakibatkan pemimpin Kristen yang mengirim armada ke Laut Merah dari Teluk Aqabah dan pada tahun 1182 Masehi menenggelamkan kapal milik orang muslim yang melewati rute perjalanannya ke Mekah. Insiden ini begitu dikenal secara luas dan makin meningkatkan kemarahan dunia Islam yang lebih besar ketimbang berdirinya negeri-negeri Franka. Kendatipun demikian, secara pribadi Saladin tetap ramah kepada umat Kristen, paling kurang pada waktu itu. Namun hubungan-hubungan mesra ini hanya sedikit meningkatkan persepsi Islam terhadap Kristen. Ada catatan yang cukup baik dari sejarawan kenamaan, Ibnu al-Athir (1160-1233 Masehi), yang karyanya telah dijelaskan pada bab terdahulu. Sejarawan ini adalah penduduk Mosul dan pernah ikut secara aktual dalam barisan tentara pangeran Saladin. Dia mencatat penaklukan Antioch oleh bangsa Frank di tahun 491 Hijrah (1098 Masehi). Namun ia memandang agresi bangsa Frank ini telah didahului oleh pendudukan Toledo pada tahun 478 Hijrah (1085 Masehi) dan Sicilia pada tahun 484 Hijrah (1091 Masehi). Peristiwa pendudukan ini mengantarkannya untuk berfikir tentang gerakan Perang Salib sebagai orang Kristen yang melawan umat Islam, namun sama sekali gerakan ini bukan sebagai aktifitas yang terpusat dan hanya sebagai salah satu dari sejumlah tema yang luas yang ditindak lanjuti pada periode itu. Bahkan persepsinya tentang Perang Salib adalah sebagai jihad yang tidak mungkin disumbangkan oleh mayoritas umat Islam di Iraq dan negeri-negeri lain di timur. Pada gilirannya penting untuk menyatakan bahwa umat Islam kini memandang Perang Salib sebagai awal dimulainya kolonialisme Eropa. Pandangan ini bukan berasal dari para sejarawan muslim tempo dulu, melainkan akibat umat Islam datang ke barat sebagai mahasiswa dan mempelajari tulisan-tulisan para sejarawan barat. Mereka mencatat bahwa ada kesejajaran bentuk antara Perang Salib dan kolonialisme yang mereka alami di negeri-negeri asalnya. Barangkali sebagian mustahil bagi orang yang sedemikian jauh seperti Kolonel Qadhafi di Libya dan invasi Napoleon di Mesir pada tahun 1798 Masehi sebagai Perang Salib ke sembilan dan berdirinya negeri Israel berkat bantuan Amerika sebagai Perang Salib ke sepuluh. Tentu saja, ini bukan peristiwa Perang Salib yang sesungguhnya. Sebagian golongan fundamentalis "Kristen Bibel" yang memang telah menyambut negeri Israel sebagai pemenuhan kebutuhan yang diidam-idamkan dan hal itu dilihat sebagai bukti kebenaran Bibel dan penolakan terhadap kritik apapun tentang kebenaran Bibel ini. Sementara di pihak lain, sebagian besar umat Kristen melihat penempatan Tempat-tempat Suci Kristen di tangan bangsa Yahudi itu benar-benar sebagai bertentangan dengan tujuan Perang Salib. Maka secara historis, pemikiran Kristen dewasa ini amat tidak bangga kepada Perang Salib dan memperkenankan adanya unsur kolonialisme terhadap Perang Salib itu. Akan tetapi dia melihat bukan kesinambungan dan identitas antara gerakan Perang Salib dan kolonialisme Eropa selama abad-abad belakangan ini. -------------------------------------------------------------------------------- TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN Persepsi dan Salah Persepsi William Montgomery Watt Penerjemah: Zaimudin Hak Terjemahan pada Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta Desain Sampul: Salimi Akhmad Diterbitkan Oleh: Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta Dicetak Oleh: Percetakan Radar Jaya Jakarta Anggota IKAPI Cetakan 1, 1996 ISBN 979-578-007 7 Harga Rp. 9.500,-